Takut Akan Masa Depan, Sebab Gen Z Rasakan Gejala Kesehatan Mental
Jakarta - Topik mengenai kesehatan mental sekarang ini sudah menjadi topik yang lumrah untuk dibicarakan. Hanya saja, ternyata tidak semua orang berani untuk membicarakan topik ini baik dengan cara curhat ke keluarga atau teman bahkan berkonsultasi kepada ahlinya.
Riset yang dilakukan Maybelline New York bersama JAKPAT mencatat, bahwa 6 dari 10 Gen Z berusia 18 hingga 25 tahun di Indonesia mengatakan pernah mengalami gejala isu kesehatan mental. Namun, hanya 15 persen yang memilih pergi ke psikolog untuk membantu menangani kondisi mereka.
Gejala yang seringkali dirasakan oleh Gen Z ini meliputi rasa cemas dan resah, yang diakibatkan oleh ketakutan akan ketidakpastian di masa depan sebanyak 60 persen, dan isu masalah pendewasaan sebanyak 43 persen.
“Memasuki usia 20-an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa, dengan segudang ekspektasi yang ada di benak mereka,” ungkap Karina Nagara, Psikolog klinis dan Co-Founder KALM, dikutip dari ANTARA, Selasa, (1/11/2022).
Jika melihat secara keseluruhan, media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terutama untuk Gen Z, yang seringkali terpapar konten-konten ideal walaupun terkadang tidak mencerminkan realitasnya secara keseluruhan. Karenanya, bagi Gen Z yang sedang dalam masa transisi perlu sekali memperoleh pendampingan agar bisa menyeimbangkan realitas dan ekspektasi.
“Bahwa hidup tidak selamanya manis, sebagaimana di media sosial,” ungkap Karina.
Ada 5 kiat yang bisa diaplikasikan oleh para Gen Z dan gen lainnya dalam proses pendewasaan untuk merawat kesehatan mental lewat lima kiat 'BRAVE', yaitu:
1. B - Bangun Kebiasaan Positif
Memiliki kebiasaan positif dapat dimulai dari sesuatu yang kecil, seperti bangun pagi dan olahraga teratur. Kebiasaan ini bisa membuat dirimu semakin produktif dan sehat. Dengan kebiasaan yang konsisten, emosi seseorang juga akan terolah lebih baik dan lebih stabil.
2. R - Rencanakan Waktu Istirahat
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki dampak negatif yang signifikan pada kondisi mental seseorang. Rencanakanlah waktu tidurmu dengan teratur, seperti contohnya kamu bisa tidur paling malam di pukul 9 malam. Lakukan hal ini secara rutin agar waktu istirahatmu semakin stabil dan cukup.
3. A - Afirmasi Diri
Menurut penelitian, cara seseorang berpikir tentang dirinya sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental seseorang. Ketika seseorang berpikiran negatif terhadap dirinya sendiri, maka efek yang ditimbulkan kepada dirinya juga akan menjadi negatif baik dalam mental maupun fisiknya.
Baca Juga: Marshanda Kenalkan Motif Batik 'Brainwave Bipolar Disorder' di Hari Kesehatan Mental Sedunia
4. V - Validasi Emosi
Validasi adalah kemampuan mengakui dan menerima berbagai emosi yang dirasakan. Agar mampu memvalidasi emosi diri, diperlukan latihan dan refleksi diri secara rutin. Dengan melakukan refleksi diri, berarti kamu juga sedang mengevaluasi dirimu dari hari kemarin atau di hari itu. Ketika kamu benar-benar melakukan refleksi diri dengan sungguh-sungguh, sebenarnya kamu juga sedang melakukan penerimaan diri.
5. E - Ekspresikan Kebaikan
Ketika kamu berbuat hal baik kepada orang lain pasti akan mendapatkan dampak yang baik juga ke dirimu sendiri. Selain itu, dengan membantu orang lain, self-esteem yang ada pada dirimu juga akan terbentuk dengan sendirinya dan bisa membuat dirimu lebih sehat.