URtrending

Survei: Masyarakat Lebih Khawatir Nggak Bisa Bekerja Dibanding Terinfeksi COVID-19

Nunung Nasikhah, Selasa, 9 Juni 2020 18.30 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Survei: Masyarakat Lebih Khawatir Nggak Bisa Bekerja Dibanding Terinfeksi COVID-19
Image: Spanduk bertuliskan " COVID-19 Can't Stop Me" terpasang di badan JPO jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. (ANTARA FOTO)

Jakarta – Baru-baru ini, Voxpopuli Research Center merilis hasil survei tentang kekhawatiran masyarakat di tengah pandemi. Pilihannya ada dua, lebih khawatir tidak bisa bekerja atau berpenghasilan atau khawatir tertular virus corona.

Survei tersebut dilakukan pada 26 Mei hingga 1 Juni 2020, melalui telepon kepada 1.200 responden yang diambil secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, 67,4 persen masyarakat mengatakan lebih khawatir tidak bisa bekerja atau berpenghasilan. Sementara 25,3 persen masyarakat khawatir tertular virus corona dan sisanya 7,3 persen lebih memilih tidak menjawab.

"Sebagian masyarakat memang masih mengkhawatirkan tertular COVID-19 (25,3 persen), tetapi lebih banyak yang merasa khawatir tidak dapat bekerja dan menerima penghasilan atau takut kelaparan (67,4 persen)," kata Direktur Eksekutif Voxpopuli Research Center Dika Moehamad, sebagaimana dikutip dari Antara (9/6/2020).

1591700863-voxpulli.jpg

Dok. Voxpopuli Research Center

Survei tersebut dilakukan berkenaan dengan keputusan pemerintah untuk memulai kehidupan normal baru di tengah masih tingginya kurva penyebaran COVID-19.

Pro dan kontra pun mencuat, antara harus melanjutkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau justru sebaliknya.

"Namun, mayoritas publik menyetujui diberlakukan normal baru dalam upaya menangani pandemik COVID-19," ujar Dika.

Selain itu, Voxpopuli juga melakukan survei tentang penerapan new normal di tengah pandemic COVID-19.

Hasilnya, sebanyak 78,1 persen responden menginginkan pemberlakuan normal baru. Sementara  sebagian kecil atau 16,5 persen menyatakan tidak setuju, dan sisanya 5,4 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

1591700895-voxpulli2.jpg

Dok. Voxpopuli Research Center

Dika mengatakan, prioritas dalam mempertimbangkan persoalan kesehatan atau ekonomi harus dipecahkan oleh para pembuat kebijakan.

Hal tersebut karena setelah hampir tiga bulan terdampak COVID-19, sebagian besar masyarakat menginginkan aktivitas ekonomi segera dibuka kembali.

Meski situasi normal baru membolehkan masyarakat untuk kembali beraktivitas, namun tetap harus menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, tetap melakukan jaga jarak (physical distancing), hingga cuci tangan atau memakai hand sanitizer.

"Secara mutlak masyarakat bersedia memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan untuk mencegah penularan COVID-19 (84,3 persen), hanya sebagian kecil yang tidak bersedia (13,6 persen). Sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab (2,1 persen)," tandas Dika.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait