URedu

Tak Lolos PPDB, Pelajar Peraih Ratusan Penghargaan Putus Sekolah

Anisa Kurniasih, Kamis, 9 Juli 2020 11.55 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
 Tak Lolos PPDB, Pelajar Peraih Ratusan Penghargaan Putus Sekolah
Image: Aristawidya Maheswari (15) memperlihatkan foto saat dia mengajar di salah satu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Timur (ANTARA)

Jakarta - Aristawidya Maheswari (15), pelajar berprestasi peraih ratusan penghargaan akhirnya memilih putus sekolah, setelah dinyatakan tak lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jakarta 2020.

Peraih 700 lebih penghargaan sejak usia TK dan SD itu gagal di jalur prestasi PPDB 2020 sebab sistem mensyaratkan penghargaan lomba diraih maksimal tiga tahun terakhir.

Meski faktor usia tidak lagi dipertimbangkan dalam jalur terakhir itu, namun perempuan peraih 700 lebih penghargaan seni lukis tingkat daerah dan nasional itu kalah bersaing dalam perolehan pembobotan nilai.

Prestasinya yang telah meraih ratusan penghargaan rupanya tidak terakomodasi oleh sistem bahkan sampai delapan sekolah.

"Agak sedih juga tapi karena memang tidak masuk karena nilai. Nilai aku tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah juga. Udah coba ke delapan sekolah, tapi tidak dapat juga," kata Arista, saat dijumpai di kediamannya, Rusun Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020) seperti dikutip Antara.

Rabu (8/7/2020) pukul 15.00 WIB adalah batas waktu penerimaan sekolah negeri melalui jalur terakhir berupa 'bangku sisa' yang dialokasikan dari peserta PPDB yang tidak mendaftar ulang serta siswa tidak naik kelas.

Alumni SMPN 92 Jakarta itu hanya mengumpulkan total nilai 7.762,4 berdasarkan akumulasi nilai rata-rata rapor 81,71 dikalikan nilai akreditasi 9,5 poin.

"Pada jalur terakhir ini aku mencoba di SMAN 12, 21, 36, 61, 53, 59, 45 dan 102. Tapi rata-rata yang diterima nilainya 8.000-an," katanya.

Arista pun memutuskan untuk putus sekolah pada tahun ini. Kondisi itu akan dimanfaatkan untuk fokus mengajar lukis di sejumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Timur.

"Rasanya sedih juga, tapi senangnya, aku bisa meluangkan waktu untuk melukis, mengajar dan lebih banyak waktu berbagi di RPTRA," katanya.

Saat ini, Arista memiliki aktivitas rutin mengajar lukis di RPTRA Cibesut, Jaka Berseri, Jaka Teratai dan Yayasan Rumah Kita.

Selain berbagi ilmu melukis kepada anak jalanan, perempuan yatim piatu yang mengidolakan pelukis Basuki Abdullah itu, juga memiliki murid dari kalangan anak-anak perumahan di sekitar RPTRA.

"Kalau di RPTRA itu sifatnya sosial tidak ada biaya, kecuali yang privat panggilan ke rumah di dekat RPTRA, ada untuk uang jajan saya," katanya.

Sedangkan, untuk bersekolah di swasta, Arista terbentur dengan biaya. Putri dari pasangan Triyo Nuryamin dan Armeisita Nugraha Riska itu berstatus yatim piatu sejak usia dua tahun setelah orang tuanya meninggal pada kurun 2010 dan 2012.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait