URnews

Tanggapan KOMPAKS soal Bebasnya Saipul Jamil Tampil di TV

Nivita Saldyni, Senin, 6 September 2021 14.09 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tanggapan KOMPAKS soal Bebasnya Saipul Jamil Tampil di TV
Image: Saipul Jamil usai bebas dari masa hukuman. (Instagram @saipuljamilreal)

Jakarta – Bebasnya Saipul Jamil dari penjara tengah menarik perhatian publik, termasuk Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (KOMPAKS). Perwakilan KOMPAKS, Poppy R. Dihardjo pun mengatakan bahwa pemberitaan bebasnya Saipul yang disiarkan terlalu berlebihan telah menjadi permasalahan bagi pihaknya.

“Pemberitaan mengenai bebasnya SJ yang terlalu berlebihan adalah yang jadi problem buat kami di KOMPAKS. SELEBRASI kebebasannya yang diberitakan di televisi lalu kemudian munculnya SJ di berbagai program TV dengan sketsa yang insensitif (pakai baju tahanan, dan lain-lain), ini berbahaya buat masyarakat,” kata Poppy saat dihubungi Urbanasia, Senin (6/9/2021).

“Ini menunjukkan masalah serius, tidak hanya pada mentalitas atau komitmen stasiun TV dalam melihat kasus KS yang ternyata masih sangat permisif tapi juga dampak dari lemahnya sistem hukum kita dalam memberi keadilan dan pemulihan bagi korban,” imbuhnya.

Perhatian KOMPAKS terhadap televisi terkait kasus ini, kata Poppy, bukan tanpa alasan. Sebab televisi menggunakan frekuensi publik dan masyarakat tak memiliki 'pilihan' atas tayangan yang disuguhkan.

Sementara saat ini menurutnya, televisi masih berorientasi pada rating dan uang. Sedangkan aspek edukasi, HAM, dan perspektif gender yang diangkat di televisi masih minim.

“Selama ini tayangan hanya berdasarkan pada rating, tidak mengindahkan poin utama sebagai media penyebar informasi dan edukasi,” ungkapnya.

“Peran KPI juga akhirnya jadi problematik karena penyensorannya seringkali nggak tepat sasaran. Padahal menurut UU No. 32 Tahun 2002 pasal 3 tentang penyiaran: Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera,” jelas Poppy lebih lanjut.

Bebasnya Saipul Jamil dan Pentingnya Pengesahan RUU PKS

Ditanya soal kembalinya Saipul Jamil tampil di layar kaca, Poppy menjelaskan bahwa kekerasan seksual terjadi saat ada relasi kuasa yang timpang. Nah dalam kasus ini, Saipul Jamil sebagai artis dan juga fans-nya adalah salah satu bentuk relasi kuasa yang timpang. Hal ini, kata Poppy, akan berpotensi menjadi kekerasan berbasis gender.

Look at R. Kelly dan Bill Cosby atau bahkan Trump, it's all about power,” kata Poppy.

“Jadi bayangkan kalau media kembali memberikan KUASA itu pada pelaku kekerasan seksual yang dulunya punya kuasa karena dia ngetop. Jika SJ kembali punya POWER, masyarakat akan merasa kekerasan seksual itu cuma sekedar 'ya udah lah masuk penjara impas kelar selesai' apalagi hukum yang ada sekarang gak mengatur pembatasan ruang gerak terpidana, misalnya pencabutan sebagian hak kerja seperti tampil di TV atau terlibat dalam kegiatan politik,” jelas Poppy.

Nah berkaca dari permasalahan tersebut, Poppy mengatakan bahwa pihaknya menilai kita butuh RUU PKS untuk segera disahkan.

“Makanya kita butuh RUU PKS karena RUU PKS mengatur pidana tambahan, salah satunya pencabutan hak politik dan lain-lain,” pungkas Poppy.

Respons ‘Bodo Amat’ Saipul Jamil Soal Petisi untuk Dirinya Dinilai Tak Menunjukkan Penyesalan

Seperti yang Urbanasia beritakan sebelumnya, bebasnya Saipul Jamil usai menjalani hukuman atas kasus asusila (pencabulan) terhadap anak di bawah umur tengah menuai kritik publik. Bahkan muncul petisi Boikot Saiful Jamil tampil di TV dan YouTube

Saipul pun mengaku sudah mendengar soal hal tersebut. Namun ternyata pedangdut berusia 41 tahun itu malah acuh akan kehadiran petisi tersebut.

“Sebenarnya dulu juga saya ada pro dan kontra gitu kan cuma ya kaya gitu saya tuh orangnya masa bodoh. Lo ngomongin gue bodo amat,” kata Saipul kepada wartawan baru-baru ini.

Ditanya soal respons Saipul Jamil itu, Poppy menilai bahwa hal tersebut menunjukkan tak adanya penyesalan terhadap apa yang telah ia lakukan. Bahkan hal itu dinilai sebagai tindakan menormalisasi kekerasan seksual serta desensitifitas terhadap korban kekerasan seksual.

“Respons 'bodoamat' serta beberapa statement yang dikeluarkan oleh SJ dan kerabatnya memperlihatkan bahwa tidak ada penyesalan bahkan menormalisasi kekerasan seksual serta desensitifitas terhadap korban secara khusus dan penyintas kekerasan seksual secara umum karena trauma mungkin masih mereka rasakan terlepas pelaku sudah dapat 'hukuman' penjara,” pungkasnya.
 

--

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait