URstyle

Tantangan dan Drama saat Moms Working From Home

Itha Prabandhani, Selasa, 31 Maret 2020 14.42 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tantangan dan Drama saat Moms Working From Home
Image: Freepik

Jakarta - Apakah kamu termasuk yang memimpikan untuk suatu saat bisa bekerja dari rumah? Sesudah mengalami situasi work from home (WFH) akibat ancaman Covid-19, ternyata bekerja dari rumah tidak semudah yang selama ini dibayangkan ya, guys?

Membagi waktu dan konsentrasi antara mengurus rumah, mempersiapkan meeting video conference, belum lagi menghadapi interupsi-interupsi yang datang tiba-tiba.

Bekerja dari rumah memang punya tantangan tersendiri, apalagi buat yang sudah punya momongan. Realitasnya, kamu tetap dituntut profesional dan mengerjakan semua tugas sesuai dengan tenggat waktu.

Di sisi lain, keberadaanmu di rumah dianggap sebagai pertanda bahwa kamu ‘available’ untuk mengerjakan tugas-tugas rumah juga, seperti menyiapkan makanan, mengurus anak, hingga membantu anak mengerjakan tugas sekolah.

“Buat aku, kerja dari rumah malah lebih repot, karena banyak distraksi. Perlu disiplin tinggi dan kemampuan pengorganisasian lebih baik.  Aku butuh dua minggu untuk penyesuaian,” ungkap Muna, seorang working mom asal Kediri, Jawa Timur.

Muna menambahkan bahwa sebenarnya WFH berpotensi membuat stress yang lebih besar. Pasalnya, pihak perusahaan biasanya mengelola kegiatan WFH ini secara transparan.

Misalnya, ada task list, target kerja, daftar kehadiran, dan monitoring kinerja karyawan, yang bisa diketahui karyawan lain.

“Sehingga, kalau kita tahu kinerja kita di bawah karyawan lain, kita jadi tambah spaneng,” tuturnya.

Pengalaman serupa juga dirasakan Shinta, yang bekerja di Jakarta. Ia membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk bisa menemukan ritme kerja yang nyaman bersama anaknya.

“Repot. Apalagi dua minggu pertama. Aku merasa lebih capek karena harus stand by terus di depan laptop, sementara anak minta diladenin terus. Waktu aku nggak bisa ngladenin, mereka bete,” ungkap Shinta.

Namun demikian, ada pula yang menikmati kegiatan WFH, salah satunya karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga.

“WFH untuk aku OK aja. Kebetulan anakku suka melukis. Jadi, waktu mamanya lagi WFH, cukup disediakan alat melukis, dan dia nggak akan mengganggu,” ujar Titin, seorang working mom asal Temanggung.

“Tugas yang diberikan sekolah juga dikerjakan sebisanya aja, karena aku nggak terlalu menuntut dia harus gimana,” lanjutnya.

Demikian juga yang dirasakan Warih, yang saat ini melakukan WFH dari kota Semarang, Jawa Tengah.

“Kalau dibilang WFH lebih santai, jelas tidak, karena anak-anak juga di rumah. Tapi aku menikmati banget karena merasa lebih sehat. Pagi habis subuh bisa jalan-jalan, makan makanan rumahan yang dimasak sendiri, dan plusnya banget, bisa punya banyak waktu bersama anak-anak,” jelasnya.

Sementara itu, Ratna, seorang working mom yang menggeluti bidang UMKM di Jawa Tengah, lebih concern mengenai screen time pada anak-anaknya selama ia melakukan kegiatan WFH. 

Ratna sengaja membatasi koneksi internet di rumahnya, agar anak-anaknya tidak terlalu lama berkutat dengan gawai. Namun demikian, kegiatan WFH mengharuskan ia menambah jaringan internet dengan sistem kuota, yang akhirnya malah membuat pengeluarannya membengkak. 

"Kuota jadi boros. Satu hari minimal 1 GB. Apalagi kalau anak-anak juga harus mengerjakan tugas-tugas sekolahnya," ucapnya. "Tapi enaknya, bisa pakai kostum seadanya, sambil nonton TV, atau mengurus cucian," sambung Ratna.

Jumlah orang yang bekerja dari rumah kian bertambah seiring perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia khususnya. Apalagi, didukung dengan kecanggihan teknologi masa kini yang memungkinkan kegiatan WFH bisa dilakukan secara maksimal.

Meskipun demikian, tetap ada perbedaan besar antara orang bekerja di ruangan yang sama, dengan orang yang bergabung dalam satu pertemuan dari jarak jauh. Ketika kamu bekerja secara jarak jauh, kemampuan kamu untuk multitasking benar-benar diuji.

Misalnya, melakukan video conference sambil merespon pesan di E-mail atau WhatsApp, dan sembari memikirkan menu untuk makan siang atau makan malam. Selama proses itu, tidak ada satu halpun yang benar-benar menjadi fokus perhatianmu. Hal tersebut akan sangat sulit dilakukan dalam interaksi nyata dengan rekan kerja di kantor.

Jadi, bagaimana dengan kegiatan WFH kamu, guys?

 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait