Jakarta - Kabar kurang menyenangkan datang dari Grab. Sebanyak 1.000 karyawan terkena pemutusan hubungaan kerja alias PHK.
Jumlah tersebut mencapai 11 persen dari total karyawan Grab. Ini menjadi PHK terbesar yang dilakukan perusahaan yang berbasis di Singapura itu.
Dikutip dari Reuters, Rabu (21/6/2023), Kepala Eksekutif Grab Anthony Tan mengatakan pemangkasan karyawan sejatinya bukan merupakan jalan pintas menuju profitabilitas.
Tetapi ini merupakan reorganisasi strategis untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang persaingannya semakin ketat.
Sebab itu perusahaan perlu mengelola biaya dan memastikan layanan yang lebih terjangkau jangka panjang.
"Perubahan tidak pernah secepat ini. Teknologi seperti AI (kecerdasan buatan) generatif berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biaya modal telah meningkat, secara langsung berdampak pada lanskap persaingan," ujar Tan dalam surat yang dikirim kepada karyawan.
"Kita harus menggabungkan skala kita dengan eksekusi yang gesit dan kepemimpinan biaya, sehingga kita dapat menawarkan layanan yang lebih terjangkau secara berkelanjutan dan memperdalam penetrasi massa kita," imbuhnya.
Untuk diketahui Grab sempat memecat 360 pekerja pada 2022. Berdasarkan laporan terbarunya, perusahaan memiliki 11.934 staf pada akhir 2022, termasuk sekitar 2.000 dari akuisisi jaringan toko bahan makanan.
Setelah pengumuman PHK, saham Grab melesat 4,7 persen. Sebelumnya, saham Grab juga telah naik 5,6 persen.
Untuk keuangannya, Grab mencatatkan kerugian kuartalan sebesar US$ 250 juta. Namun, pendapatan pada kuartal pertama tahun ini naik 130,3 persen dibanding tahun lalu menjadi US$ 525 juta.