URnews

Terserang 'Zoom Fatigue'? Ini Gejala dan Cara Mengatasinya

Griska Laras, Sabtu, 26 Juni 2021 20.03 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Terserang 'Zoom Fatigue'? Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Image: Freepik

Jakarta - Meeting online sudah menjadi rutinitas hampir sebagian pekerja selama kerja dari rumah (work from home) di masa pandemi COVID-19.

Menghabiskan berjam-jam per hari di platform konferensi online seperti Zoom lambat laun membuat banyak orang dilanda rasa jenuh, lelah, dan gelisah. Perasaan itu belakangan disebut sebagai 'Zoom fatigue' atau kelelahan Zoom.

Meskipun dinamakan zoom fatigue, gejala ini juga berlaku untuk semua rapat atau obrolan online di platform lain.

Apa sih Zoom Fatigue itu?

Zoom fatigue adalah kondisi kelelahan baik fisik maupun mental yang terjadi karena terlalu banyak mengikuti video conference.

Dalam artikel 'Nonverbal Overload: A Theoretical Argument for the Causes of Zoom Fatigue' yang diterbitkan dalam jurnal Technology, Mind and Behavior pada 23 Februari, Profesor Jeremy Bailenson dari Virtual Human Interaction Lab Universitas Stanford menjelaskan bahwa platform obrolan video populer memiliki kekurangan desain yang menguras pikiran dan tubuh manusia.

Beberapa gejala zoom fatigue di antaranya, fokus berkurang, kemampuan mengolah info melambat, motivasi menurun, cepat lelah, otot terasa pegal, mudah tersinggung.

Orang yang mengalami kondisi ini juga sulit membuat keputusan, koordinasi tangan dan mata menurun, serta respon melambat. Jika tidak segera diatasi, zoom fatigue yang berkepanjangan akan mengganggu produktivitas dan kesehatan mentalmu loh, Urbanreaders!

Cara Mengatasi 'Zoom Fatigue'

Dalam penelitian yang dilakukan Jeremy Bailenson, ada beberapa cara untuk mengatasi Zoom Fatigue. Misalnya, dengan mengistirahatkan mata dari layar selama 20 menit.

Kamu juga bisa memperkecil jendela aplikasi dan mengatur tampilan agar mata hanya fokus pada satu pembicara saja. Atau bisa dengan menonaktifkan kamera atau menyembunyikan jendela wajah sendiri.

Berdasarkan penelitian, orang akan lebih kritis terhadap diri sendiri saat manatap wajah mereka secara terus menerus.  Alhasil banyak orang cenderung stres secara fisik karena berada di depan kamera terlalu lama dan merasa sedang diawasi. Dengan menyembunyikan menonaktifkan kamera, pengguna bisa fokus ke partisipan lain.

Selain itu posisi duduk yang benar dan melakukan peregangan secara berkala selama rapat panjang berlangsung juga diperlukan untuk membantu mengurangi sindrom tersebut.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait