TikTok Larang Konten Challenge Berbahaya dan Kebiasaan Makan Tak Sehat

Jakarta - TikTok memperbarui pedoman komunitasnya untuk mendukung keamanan dan kesehatan penggunanya. Perubahan kebijakan terbaru TikTok meliputi larangan membuat konten kebiasaan makan tidak sehat (eating disorder), ideologi kebencian, hingga challenge berbahaya.
"Kami membuat perubahan ini dengan dasar konsultasi bersama pakar, peneliti, dan dokter. Karena kami memahami orang bisa saja tengah berjuang dengan pola dan perilaku makan yang tidak sehat tanpa memiliki diagnosis gangguan makan," terang TikTok.
Sejatinya TikTok sudah melarang konten berisi eating disorder ini. Namun tidak digubris pengguna terlihat dari masih banyaknya pengguna mengunggah video yang memperlihatkan kegiatan makan yang tidak sehat.
Saat ini TikTok telah mulai menghapus video terkait gangguan makan dan aktivitas olahraga berlebihan. Konten tersebut banyak mendapatkan kecaman dari kritikus karena membahayakan pengguna.
TikTok turut pula melarang konten berisi kebencian, mulai dari deadnaming (memanggil dengan nama lahir dari seorang transgender yang mengubah namanya), misgender (memanggil transgender dengan sebutan yang tak sesuai dengan jenis kelamin), misogini (kebencian terhadap perempuan), hingga terapi konversi (terapi untuk mengubah orientasi seksual).
TikTok menyebut pihaknya akan merilis serangkaian video yang dibuat bersama kreator, guna membantu audiens menilai konten yang ditemukan. Video tersebut akan muncul di hub #SaferTogether, di halaman Discover.
Sekadar informasi, lebih dari 91 juta video (1 persen dari video yang diunggah di TikTok) dihapus karena pelanggaran konten sepanjang kuartal ketiga 2021.
"Kami menggunakan kombinasi teknologi dan manusia untuk menghapus pelanggaran Pedoman Komunitas dan kami akan terus melatih sistem otomatis serta tim keamanan kami untuk menegakkan kebijakan kami," kata TikTok.