URnews

Untuk Pertama Kali, Gereja Ortodoks Ukraina Rayakan Natal 25 Desember

Nivita Saldyni, Kamis, 22 Desember 2022 18.03 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Untuk Pertama Kali, Gereja Ortodoks Ukraina Rayakan Natal 25 Desember
Image: Gereja Orthodox Ukraina (Foto: Artem Hvozdkov / Getty Images)

Kyiv - Ada yang berbeda dalam perayaan Natal di Gereja Ortodoks Ukraina tahun ini. Pasalnya untuk pertama kali dalam sejarah, Gereja Ortodoks Ukraina bakal merayakan Natal pada 25 Desember, melanggar tradisi dengan Rusia yang biasanya merayakan Natal pada 7 Januari.

Dilansir dari United Press International (UPI), perayaan Natal di Ukraina biasanya mengikuti tradisi Timur, yaitu dimulai pada 6 Januari yang dianggap sebagai Malam Natal. Pada hari itu biasanya kaum Kristen Ortodoks akan menggelar pesta Malam Natal dengan menyajikan 12 hidangan tanpa daging.

Mereka yang menjalankannya ajaran ini akan berpuasa hingga menjelang Hari Natal, kecuali minum air suci. Puasa Natal sendiri dilakukan selama 40 hari yang dimulai enam minggu sebelum Hari Natal. 

Namun dengan adanya perayaan Natal di Gereja Ortodoks Ukraina yang jatuh pada 25 Desember, maka pengecualian akan diberikan agar mereka dapat ikut serta dalam pesta hari itu.

“Kami memberi orang pilihan untuk merayakannya pada hari yang berbeda,” kata Uskup Agung Yevstratiy Zoria dari Gereja Ortodoks Ukraina di Kyiv.

"Kami tidak memindahkan hari Natal. Ini akan menjadi hari ibadah tambahan," imbuhnya.

Gereja Ortodoks Ukraina sendiri didirikan pada 2018. Kini mereka memiliki sekitar 7.000 paroki dan lebih dari 60 uskup yang dapat merayakan Natal pada 25 Desember.

Kepala Departemen Pemuda Gereja Ortodoks Ukraina, Uskup Agung Fedir menegaskan hal itu bukan suatu kewajiban, melainkan sebuah pilihan.

“Bagi sebagian besar uskup gereja, kalender bukanlah masalah iman yang dogmatis,” kata Uskup Agung Fedir kepada Christianity Today.

“Terutama setelah agresi besar-besaran Rusia, ada keinginan untuk menjadi bagian dari keluarga gereja Barat. Jika kita ingin bertahan sebagai sebuah bangsa, kita harus melepaskan diri dari Rusia. Tidak hanya secara politik dan fisik, tetapi juga secara spiritual," pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait