URstyle

Viral Wanita di Cianjur Ngaku Hamil Sejam, Ini Kata Dokter Kandungan

Kintan Lestari, Senin, 15 Februari 2021 19.26 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Viral Wanita di Cianjur Ngaku Hamil Sejam, Ini Kata Dokter Kandungan
Image: Ilustrasi ibu hamil diperiksa kandungannya. (Freepik/biancoblue)

Jakarta - Baru-baru ini viral di media sosial pemberitaan soal seorang wanita di Cianjur yang hamil. Bukan hamil biasa, wanita tersebut mengaku hamil hanya hamil sejam.

Peristiwa itu dialami oleh warga Kampung Gabungan Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, bernama Siti Zainah.

Pada hari Rabu (10/2/2021), Siti melahirkan bayi perempuan dengan bobot 2,9 kilogram di Puskesmas. Kelahiran bayi perempuan itu bermula dari Siti yang tengan bersantai tiba-tiba merasa perutnya sangat sakit. Namun ia beranggapan sakit lambungnya kambuh.

Selama 15 menit merasa sakit, wanita 25 tahun itu pun akhirnya ditemani saudaranya menuju Puskesmas Cidaun untuk memeriksakan diri. Setelah diperiksa, Siti kaget karena dirinya dinyatakan hamil oleh dokter.

"Kata dokter di Puskesmas Cidaun, setelah diperiksa katanya sedang mengandung. Padahal saya tidak hamil,” ujar Siti pada wartawan, Minggu (14/2/2021).

Kasus kehamilan seperti yang dialami Siti rupanya dalam istilah medis dinamakan cryptic pregnancy.

Urbanasia pun bertanya pada dokter spesialis kandungan, dr. Ivander Utama, mengenai cryptic pregnancy.

"Cryptic pregnancy itu sebetulnya kehamilan tetapi karena orangnya tidak merasakan hamil atau mengabaikan kehamilannya, atau mungkin juga memang berpura-pura tidak tahu sehingga akhirnya nggak dikenali lagi kehamilannya. Jadi nggak kerasa hamil sampai akhirnya," ujar dr. Ivander saat dihubungi Urbanasia.

Lantaran tidak terasa kehamilannya, dr. Ivander pun mengungkap kalau kasus ini bisa membahayakan bayi dalam kandungan.

"Kesempatan seorang ibu untuk mempersiapkan masa depan anaknya adalah pada waktu kehamilan. Pada waktu dia menutrisi anaknya di dalam kehamilan. Jadi kalau misalnya dia gagal untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, misalnya pada cryptic pregnancy ini kan dia tidak mempersiapkan tubuhnya dengan baik, tidak minum vitamin, tidak kontrol ke dokter, maka yang terjadi adalah tidak terjadinya optimalisasi dari keadaan anaknya," jelasnya.

Dokter Ivander pun menegaskan kalau tidak ada yang namanya hamil tiba-tiba. Menurutnya yang ada ialah kehamilan yang ditutupi.

"Tidak ada sama sekali yang namanya hamil tiba-tiba. Hamil itu membutuhkan waktu sampai cukup bulan, kecuali kalau bayinya lahir prematur, belum cukup bulan," terangnya lagi. 

"Sebenarnya banyak kasus cryptic pregnancy. Itu terjadi karena kehamilan yang ditutup-tutupi, yang tidak diakui karena aib, karena malu, sehingga akhirnya muncullah istilah-istilah seperti hamil karena makhluk halus. Itu sebetulnya bukan cryptic pregnancy tapi itu sebetulnya suatu kehamilan yang ditutup-tutupi," tambah dr. Ivander.

Dari kasus yang viral, Siti saat ditanya sempat mengaku dirinya mengalami haid normal setiap bulannya. Saat ditanya pada dr. Ivander, ia mengungkap kemungkinan haid yang dialami Siti bisa jadi pendarahan dalam kehamilan.

"Pertama pengakuan untuk menstruasi selama hamil itu musti dipikirkan dulu, apakah pengakuannya jujur atau tidak. Kedua itu bukan menstruasi tetapi mungkin pendarahan dalam kehamilan. Yang ketiga pendarahan dalam kehamilan itu belum tentu hal yang membahayakan, itu saja disebabkan faktor-faktor lain seperti infeksi atau polip, itu juga akan memberikan gejala berupa pendarahan, berupa flek yang random yang mungkin saja munculnya sebulan sekali," terangnya.

Dokter Ivander pun mengungkap beberapa faktor yang memungkinkan meningkatkan risiko cryptic pregnancy, mulai dari faktor usia sampai sosial ekonomi.

"Satu kehamilan yang tidak diharapkan. itu akan cenderung membuat orang mengakunya nggak hamil. Kedua, faktor umur. Meskipun sudah menikah, punya suami, tetapi merasa udah terlalu tua untuk bisa hamil sehingga gejala-gejala kehamilan dianggapnya sakit. Misalnya muntah-muntah disangka sakit maag, terus minum obat maag," terang dr. Ivander. 

"Terus yang ketiga faktor pendidikan. Faktor pendidikan juga penting, mereka nggak sadar kalau itu sebenarnya tanda-tanda hamil karena memang pengetahuannya kurang. Yang keempat biasanya sosial ekonomi. Bilangnya 'ah nggak hamil', pas disuruh periksa ke dokter atau bidan nggak mau. Itu juga akan bikin mereka cenderung untuk mengabaikan atau tidak menganggap bahwa itu suatu tanda-tanda kehamilan," tutupnya.  

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait