URstyle

WHO: Komplikasi COVID-19 Pada Anak-anak Jarang Terjadi

Kintan Lestari, Kamis, 30 April 2020 15.30 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
WHO: Komplikasi COVID-19 Pada Anak-anak Jarang Terjadi
Image: Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. ANTARA/REUTERS/Denis Balibouse/pri.

Jenewa - SARS-CoV-2 atau yang kita kenal dengan virus corona baru sampai hari ini (30/4/2020) sudah menginfeksi lebih dari 3,2 juta jiwa di berbagai negara.

Virus tersebut juga tidak pandang bulu 'menyerang' manusia, dari orang tua, selebriti, pejabat, sampai anak-anak telah terinfeksi. Untuk kasus anak-anak, mereka kebanyakan memiliki kasus ringan dan sembuh sepenuhnya. 

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemarin (29/4/2020) menyatakan bahwa sejumlah kecil kasus di beberapa negara telah berkembang jadi sindrom peradangan langka.

Pakar medis Italia dan Inggris sedang menyelidiki kemungkinan adanya hubungan antara pandemi virus corona dan kelompok penyakit radang parah pada bayi yang tiba di rumah sakit dengan demam tinggi dan arteri yang bengkak. Tiga anak-anak di Amerika Serikat juga punya gejala yang sama dengan kasus di Inggris, Italia, dan Spanyol.

"Saya ingin menekankan, untuk semua orang tua di luar sana, sebagian besar, sebagian besar anak-anak yang terinfeksi COVID akan memiliki gejala ringan dan sembuh sepenuhnya," papar Dr Mike Ryan, pakar darurat darurat WHO pada konferensi pers virtual pada hari Rabu seperti dikutip dari Reuters. 

Sampai sekarang, sebagian besar anak-anak lolos dari beberapa komplikasi COVID-19 serius yang umum terjadi pada orang dewasa. Ahli epidemiologi WHO, Dr. Maria van Kerkhove, menyatakan jaringan klinis WHO telah membahas laporan dari Inggris tentang sejumlah kecil anak-anak dengan respon peradangan.

"Ada beberapa deskripsi langka baru-baru ini pada anak-anak di beberapa negara Eropa yang memiliki sindrom peradangan ini, yang mirip dengan sindrom Kawasaki, tetapi tampaknya sangat jarang," kata Kerkhove.

"Kami telah meminta jaringan global dokter untuk waspada akan hal ini supaya mereka menangkap informasi secara sistematis, sehingga kami dapat lebih memahami dan memandu pengobatan," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait