URnews

100 Tahun Soeharto dan Kontroversinya

Nivita Saldyni, Selasa, 8 Juni 2021 13.25 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
100 Tahun Soeharto dan Kontroversinya
Image: mendiang Soeharto (Dok. LIPI)

Jakarta - Hari ini, 8 Juni 2021, tepat 100 tahun lalu mendiang Soeharto lahir. Presiden ke-2 Indonesia itu menghembuskan napas terakhirnya pada 27 Januari, 13 tahun silam di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.

Betul, sejarah mencatat penguasa Orde Baru ini lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 8 Juni 1921. Ia bahkan menjadi presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama loh, tepat 32 tahun lamanya.

Soeharto adalah bukti bahwa anak petani bisa menjadi presiden, hal ini tercatat dalam Arsip Nasional Republik Indonesia. Soeharto dikenal sebagai Smiling General yang juga bergelar Bapak Pembangunan karena keberhasilannya menstabilkan perekonomian Indonesia pasca 1965. Namun diingatan publik, pemerintahan Orde Barunya itu dinilai otoriter.

Jauh sebelum menggantikan Soekarno sebagai presiden, Soeharto adalah pemimpin militer di masa pendudukan Jepang dan Belanda dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Arsip nasional pun mencatat Soeharto terlibat dalam sejumlah peristiwa penting dalam sejarah, mulai dari penangkapan Jenderal Sudarsono yang terlibat dalam penculikan Perdana Menteri Syahrir, penjemputan Jenderal Sudirman dari lokasi Gerilya, dan peristiwa serangan umum 1 Maret 1949.

Soeharto pula lah yang mendapatkan mandat dari Soekarno untuk melakukan operasi penertiban dan pengamanan terhadap Gerakan 30 September (G30S). Saat itu, Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 yang kemudian dikenal dengan Supersemar. Mendapat perintah tersebut, Soeharto langsung membubarkan dan melarang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap sebagai dalang pada peristiwa G30S. 

Sebuah tulisan ilmiah berjudul 'Unresolved Problems in the Indonesian Killins of 1966 - 1966' yang ditulis oleh Robert Cribb menyebut ada banyak kontroversi dari operasi ini. Salah satunya terkait jumlah korban tewas yang sampai saat ini masih patut dipertanyakan kebenarannya. Namun diperkirakan operasi ini menewaskan sekitar 100 ribu hingga 2 juta jiwa.

Tak berselang lama, tepatnya selang dua tahun kemudian, Soeharto mendapat mandat dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Saat itu juga, ia mengambil alih posisi Soekarno dan resmi sebagai Presiden Indonesia ke-2. MPR pun kembali memilihnya pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Hal inilah yang membuatnya menjadi presiden Indonesia terlama, lebih dari tiga dekade. 

Sejarah mencatat, Soeharto mundur dari jabatan sebagai presiden pada 21 Mei 1998, setelah mendapat desakan dari rakyat Indonesia. Saat itu Indonesia dihantam oleh krisis moneter yang kemudian disusul kerusuhan dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Setelah itu, B.J Habibie menggantikan posisi Soeharto.

Terlepas dari itu semua, bukan berarti Soeharto nihil jasa untuk bangsa Indonesia. Beberapa referensi yang ada mencatat Soeharto adalah sosok dibalik Repelita, Rencana Rencana Pembangunan Lima Tahun yang akhirnya membuatnya dijuluki sebagai Bapak Pembangunan.

Berbagai perbaikan untuk Indonesia dicanangkan oleh Soeharto lewat Repelita. Mulai dari menekan angka inflasi hingga 0,9 per tahun di 1971/1972 hingga berhasilnya Indonesia meraih swasembada pangan  di 1984. 

Sayangnya sosok Soeharto tak lepas dari kontroversi. Rizin Soeharto juga kerap disorot atas berbagai pelanggaran hak asasi manusia. bahkan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) di tahun 2016 pernah merilis 'Daftar Dosa Soeharto'.

Mulai dari kasus Tanjung Priok, Daerah Operasi Militer di Aceh, penembakan misterius terkait kriminalitas, kasus Talangsari Lampung, pembunuhan aktivis buruh Marsinah, pemberedelan media cetak, pembantaian massal orang-ornag yang diduga berpaham komunis, penculikan aktivis pro demokrasi hingga kerusuhan Mei 1998.

Bukan hanya itu, Soeharto juga dianggap membatasi kebebasan warga negara Indonesia keturunan Tionghoa. Ia juga disebut sebagai rezim paling korup dalam sejarah Indonesia yang menyebabkan kerugian sekitar 15–35 miliar dolar Amerika Serikat.

Sayangnya, upaya untuk mengadili Soeharto gagal. Tuduhan itu tak berhasil dibuktikan dan kesehatan Soeharto yang mulai memburuk. Akibat sakit yang dideritanya, Soeharto akhirnya menghembuskan napas terakhir di Jakarta pada 27 Januari 2008.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait