URnews

Konflik Makin Panas, Begini Sejarah Panjang Bentrok Palestina dan Israel  

Griska Laras, Kamis, 20 Mei 2021 11.43 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Konflik Makin Panas, Begini Sejarah Panjang Bentrok Palestina dan Israel  
Image: Tentara Israel membidikkan senapannya ke arah demonstran Palestina saat terjadi bentrokan usai aksi demonstrasi menolak rencana aneksasi Israel di Kota Hebron, Tepi Barat, Jumat (3/7/2020). ANTARA FOTO/Xinhua-Mamoun Wazwaz/hp.

Jakarta - Konflik Israel dan Palestina kembali memanas. Ketegangan keduanya meningkat sejak Israel menggusur warga Palestina di kawasan Sheikh Jarrah di tepi timur Yerusalem, Minggu (2/5/2021).

Puncaknya saat pasukan militer Israel menyerang Masjidil Aqsa, Jumat (7/5/2021). Alhasil puluhan warga Palestina yang sedang melakukan ibadah tarawih terluka.  

Setelah serangan itu, Palestina pun tak tinggal diam. Mereka melancarkan serangan balasan dengan melepas ratusan roket ke Tel Aviv.

Baca Juga: 10 Titik di Jakarta Dipasangi Lampu Berwarna Bendera Palestina

1621307765-Al-Jalaa.JPGSumber: Gedung al-Jalaa, kantor media Associated Press (AP) dan Al Jazeera jadi salah satu target serangan udara Israel/(Reuters via Antara)

Seperti dilaporkan New York Times, sedikitnya 227 warga Palestina di Gaza menjadi korban pertempuran yang berlangsung hampir dua minggu ini.

Pertikaian Israel dan Palestina merupakan salah satu konflik wilayah yang berlangsung selama berabad-abad. Setidaknya konflik keduanya telah melewati 4 periode besar sebagai berikut. 

Awal Mula Konflik Israel dan Palestina

Palestina mulanya adalah bagian dari Daulah Islamiyah di bawah Turki Utsmani yang dihuni oleh mayoritas bangsa Arab dan minoritas Yahudi.

Wilayah itu jatuh ke tangan Inggris setelah Kekaisaran Ottoman kalah dalam Perang Dunia I.  Ketegangan di antara kedua negara muncul ketika komunitas internasional meminta Inggris mendirikan rumah bagi orang Yahudi. Israel mengklaim wilayah itu tanah leluhur mereka, sementara orang Palestina juga mengklaim hal yang sama.

Pada 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan wilayah tersebut dipecah menjadi dua bagian, negara Yahudi dan negara Arab (Palestina). Sementara Kota Yerusalem, yang diklaim sebagai ibu kota Israel dijadikan wilayah internasional dengan status khusus.

Usulan itu disambut baik oleh pemimpin Yahudi. Tapi ditentang banyak orang Palestina, khususnya mereka yang melawan Inggris di kawasan itu selama beberapa dekade.

Dua tahun setelah usulan tersebut, Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka. Warga Palestina merasa keberatan dan negara-negara Arab (Mesir, Yordania, Irak, Suriah dan Lebanon) dimobilisasi untuk mencegah pembentukan negara Israel.

Kejadian ini menyebabkan 'Perang Arab-Israel' pada tahun 1948 yang berakhir kemenangan di pihak Israel. Mereka lalu menguasai sebagian besar wilayah bekas kekuasaan Inggris, termasuk sebagian besar wilayah Yerusalem. Sementara Yordania menguasai Tepi Barat Yerusalem dan Mesir menguasai Gaza.

1620705876-Pasukan-Israel-berjaga.JPGSumber: Petugas keamanan Israel berjaga di Yerusalem, Senin (10/5/2021) - (Antara Foto/REUTERS/Ilan Rosenberg/rwa)

Perang Enam Hari

Konflik 1948 membuka babak baru dalam pertikaian Israel - Palestina. Menurut data PBB yang diilansir dari History, lebih dari setengah populasi Arab Palestina melarikan diri dan diusir.

Tepat di tahun 1967, Israel kembali merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir dalam perang yang berlangsung selama 6 hari. Mereka juga merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah serta merebut Tepi Barat dan Yerusalem timur dari Yordania.

Meski demikian, Israel menawarkan diri untuk mengembalikan wilayah tersebut dengan satu syarat, Arab harus mengakui hak Israel untuk hidup dan memberikan jaminan atas serangan di masa depan. Tawaran  itu langsung ditolak para pemimpin Arab, hanya Mesir yang mempertimbangkan tawaran itu.

Intifada Pertama dan Perjanjian Oslo

Pendudukan Israel di wilayah Palestina terus berlanjut dan menyebabkan konflik dan kekerasan selama beberapa dekade.
Pada tahun 1987, Intifada (perlawanan ) pertama pecah.

Perlawanan dipicu dari kemarahan Palestina atas pendudukan Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan Tepi Barat. Kelompok milisi Palestina memberontak dan menewaskan ratusan orang.

Pada awal 1990-an kedua pihak mulai memikirkan kesepakatan damai untuk mengakhiri kekerasan. Mereka membuat jadwal untuk proses perdamaian Timur Tengah dan rencana pemerintahan sementara Palestina di beberapa bagian Gaza dan Tepi Barat.  

Kesepakatan Oslo I ini ditandatangani pada 1993 dan disaksikan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat.

Dua tahun kemudian, Israel dan Palestina meneken Perjanjian Oslo II. Isinya tentang penarikan penuh pasukan Israel dari beberapa bagian Tepi Barat dan daerah lain serta mengatur jadwal pemilihan Dewan Legislatif Palestina. Sayangnya, Kesepakatan Oslo gagal mencapai tujuan akhir  untuk membawa Israel dan Palestina pada perdamaian.

1620456402-WhatsApp-Image-2021-05-08-at-1.19.47-PM.jpegSumber: Warga Palestina bereaksi ketika polisi Israel menembakkan granat setrum selama bentrokan di kompleks Masjid Al Aqsa, di Yerusalem, (7/5/2021). Sumber: ANTARA FOTO/REUTERS / Ammar Awad/aww.

Intifada Kedua

Intifadah Palestina kedua dimulai pada bulan September 2000. Salah satu pemicu kekerasan tersebut adalah ketika Ariel Sharon, seorang sayap kanan Yahudi Israel mengunjungi situs suci Muslim di Masjid al-Aqsa di Yerusalem.

Banyak orang Palestina merasa kunjungan itu adalah langkah ofensif dan mereka protes. Kerusuhan, bom bunuh diri, dan serangan lainnya kemudian meletus. Mengakhiri proses perdamaian yang dulu menjanjikan.

Periode kekerasan antara Palestina dan Israel ini berlangsung hampir lima tahun. Yasser Arafat meninggal pada November 2004, dan pada Agustus 2005, tentara Israel mundur dari Gaza.

Pemindahan Ibu Kota Israel ke Yerusalem pada 2018

Bentrok antara Israel dan Palestina berlangsung hampir setiap tahun. Kedua negara kembali bersitegang saat Kedutaan Besar AS pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Melihat adanya sinyal dukungan AS, warga Palestina menggelar protes di perbatasan Gaza-Israel.  Aksi unjuk rasa itu disambut dengan kekuatan Israel yang mengakibatkan kematian puluhan pengunjuk rasa.

Masalah ini bahkan menjadi sorotan dunia. Banyak pemimpin dunia terus berdiskusi untuk mewujudkan perdamaian di seluruh kawasan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait