URguide

4 Alasan Seseorang Selingkuh Menurut Neuroscience

William Ciputra, Senin, 10 Oktober 2022 09.47 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
4 Alasan Seseorang Selingkuh Menurut Neuroscience
Image: Ilustrasi selingkuh (Freepik)

Jakarta - Menjalani hubungan berdua, membangun rumah tangga berdua, tetapi bisa berakhir karena orang ketiga. Selingkuh dalam pernikahan memang sebuah masalah yang tak akan pernah lekang dimakan waktu. 

Banyak orang menganggap bahwa pria selingkuh dan meninggalkan istrinya demi wanita yang lebih seksi atau cantik. Sementara wanita akan meninggalkan suaminya demi pria yang lebih mapan. 

Padahal, bukan itu alasan sebenarnya seseorang berselingkuh loh, Urbanreaders. Ternyata, alasan seseorang selingkuh bisa karena kondisi otaknya. Pasalnya, perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan.

Menurut CEO Stress Management Indonesia, Coach Pris, kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya. 

Pris menyebutkan, alasan selingkuh dapat dilihat berdasarkan neuroscience, yaitu ilmu saraf yang mempelajari tentang sistem saraf atau sistem neuron. 

Nah, berikut ini 4 alasan seseorang selingkuh berdasarkan neuroscience.

1. Kecanduan Euforia Cinta

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan bahwa setelah 6 bulan hingga 2 tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri. 

Banyak terapis pasangan mengatakan bahwa perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda bahwa mereka telah putus cinta. 

Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi. Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus berselingkuh.

2. Kehilangan Sirkuit Kontrol Diri

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan. 

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh. Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya. 

Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai. Nah Urbanreaders bisa mencoba program dari Stress Management Indonesia seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak Anda.

3. Faktor Testosteron

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait