URstyle

7 Kelompok yang Tak Boleh Dapat Vaksin COVID-19

Kintan Lestari, Senin, 11 Januari 2021 14.05 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
7 Kelompok yang Tak Boleh Dapat Vaksin COVID-19
Image: Ilustrasi vaksin COVID-19. (Freepik/user10860774)

Jakarta - Vaksin COVID-19 yang sudah dikembangkan beberapa perusahaan jadi harapan di tengah pandemi, di antaranya vaksin Sinovac, Pzifer, dan Moderna.

Beberapa negara ada yang sudah melangsungkan vaksinasi pada warganya. Di Indonesia sendiri, saat ini vaksin COVID-19 masih menunggu hasil uji klinik tahap 3.

Rencananya, vaksinasi COVID-19 di Indonesia akan dilangsungkan mulai tanggal 13 Januari. 

Kelompok yang pertama kali divaksin adalah tenaga kesehatan. Baru setelahnya vaksin disuntikkan secara bertahap ke kelompok masyarakat lain.

Meski demikian, tidak semua orang boleh divaksin. Ada beberapa kelompok yang memang tidak dibolehkan mendapat vaksin karena alasan keamanan.

Kelompok yang tidak boleh mendapat vaksin di antaranya adalah mereka yang punya alergi, punya gangguan imunitas, anak-anak, hingga wanita hamil. Apa alasannya?

Kenapa mereka justru tidak boleh disuntik vaksin? Berikut jawabannya menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) seperti dilansir berbagai sumber.

1. Punya Alergi

Orang yang divaksin harus dipantau untuk melihat apakah mereka menunjukkan gejala alergi atau tidak. Beberapa ilmuwan sedang menyelidiki apakah penyebabnya adalah bahan dalam vaksin.

Dalam laporannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan reaksi alergi yang parah biasanya akan terjadi dalam beberapa menit hingga satu jam setelah mendapat dosis. 

Gejalanya bisa berupa sulit bernapas, wajah atau tenggorokan bengkak, pusing, atau jantung berdegup kencang.

Meski demikian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan orang dengan alergi bukan karena bahan vaksin, misalnya mereka alergi makanan atau bulu hewan, maka orang tersebut bisa tetap divaksin.

2. Orang dengan Gangguan Imun

Dari lebih dari 100 vaksin yang sedang dikembangkan untuk melindungi dari COVID-19, hanya sedikit yang menggunakan virus yang dilemahkan. Ditambah lagi semuanya masih dalam tahap pengembangan yang paling awal.

Vaksin COVID-19 menggunakan virus mati dan itu berisiko bagi mereka yang sistem kekebalannya lemah.

Dan belum ada juga peneliti yang melibatkan kelompok ini dalam studi tentang vaksin COVID-19.

3. Anak-anak

Vaksin Pfizer diizinkan penggunaannya pada orang berusia 16 tahun ke atas. Sementara Moderna ditujukan untuk 18 tahun ke atas. 

Artinya vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan memang belum ada yang diuji pada anak-anak yang berusia 12 tahun atau lebih muda. 

Sebab, vaksin biasanya memang diuji pertama kali pada orang dewasa sebelum peneliti memulai tes pada anak-anak, setelah obat tersebut ditemukan relatif aman.

4. Wanita Hamil dan Menyusui

Vaksin mRNA tidak mengandung virus hidup yang menyebabkan COVID-19 sehingga virusnya tidak dapat diberikan kepada seseorang. Selain itu, vaksin mRNA tidak berinteraksi dengan DNA seseorang karena mRNA tidak memasuki inti sel. 

Berdasarkan cara kerja vaksin mRNA, para ahli percaya bahwa vaksin tersebut tidak mungkin menimbulkan risiko khusus bagi orang yang sedang hamil. 

Meski demikian, wanita hamil berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 parah dibanding yang tidak hamil, dan COVID-19 dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur. Karena data yang kurang memadai, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi ibu hamil saat ini.

Oleh karena itu, CDC mengembalikan keputusan vaksinasi pada wanita hamil sendiri usai mereka berkonsultasi dengan dokter, terutama mereka yang bekerja sebagai petugas kesehatan.

Begitu juga dengan ibu menyusui, itu keputusan individu masing-masing apakah ingin divaksin atau tidak. Namun WHO tidak merekomendasikan penghentian menyusui setelah vaksinasi.

5. Pasien COVID-19

Pasien COVID-19 yang masih bergejala ringan atau berat belum boleh divaksin.

Kelompok ini baru boleh divaksin setelah gejala hilang dan diperbolehkan keluar dari isolasi. Tapi itu pun tidak bisa langsung divaksin.

6. Orang yang Pernah Menderita COVID-19

Ini kelanjutan dari kelompok sebelumnya. Pasalnya, pasien COVID-19 yang sudah sembuh di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.

Infeksi ulang jarang terjadi dalam 90 hari setelah infeksi awal. Maka sebagai tindakan pencegahan, CDC merekomendasikan orang tersebut untuk menunggu setidaknya 90 hari sebelum melakukan vaksinasi.

7. Remaja

Remaja usia 16 dan 17 tahun sebenarnya bukan tidak boleh divaksin, namun mereka perlu persetujuan dari orang dewasa.

Lebih dari 153 remaja usia 16 dan 17 dilibatkan dalam uji coba Pfizer dan analisis awal dari data tersebut tidak menemukan masalah keamanan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait