URstyle

98,5 Persen Masyarakat Indonesia Punya Antibodi COVID-19

Fitri Nursaniyah, Kamis, 11 Agustus 2022 18.55 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
98,5 Persen Masyarakat Indonesia Punya Antibodi COVID-19
Image: Ilustrasi Pakai Masker. (Pixabay/LDNhân)

Jakarta - Sebanyak 98,5 persen populasi Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19, berdasarkan hasil survei serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.

Sero-survei ini dilakukan pada 84,5 persen dari 20.501 orang di 100 kabupaten/kota terpilih yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Metode sero-survei adalah menggunakan kuesioner, pengambilan darah, lalu pemeriksaan spesimen di laboratorium untuk mengetahui kadar antibodinya.

"Ini adalah survei serologi yang ketiga, yang pertama itu di Desember 2021, itu bersifat nasional. Kemudian di Maret 2022 khusus untuk Jawa-Bali, daerah mudik. Kemudian Juli 2022 kembali untuk seluruh indonesia," ujar peneliti FKM UI dokter Iwan Ariawan dalam press conference 'Serologi Survey Nasional Ketiga', Kamis (11/8/2022).

Berdasarkan hasil sero-survei, Iwan mengungkap bahwa penduduk Indonesia mengalami peningkatan antibodi untuk SARS CoV-2 penyebab COVID-19, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022.

Meskipun ini adalah hasil yang baik, Iwan mengingatkan bahwa peningkatan antibodi virus tidak menjamin seseorang akan bebas terinfeksi COVID-19.

"Hasil dari sero-survei ini menunjukkan ada peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS CoV 2 dari 87,8 persen pada Desember 2021, jadi 98,5 persen pada Juli 2022. Meskipun bukan berarti sudah memiliki antibodi ini penduduk tersebut tidak bisa terkena atau terinfeksi COVID, tetap bisa (terinfeksi) tapi berisiko nanti untuk terjadinya COVID berat maupun risiko untuk meninggalnya itu jauh berkurang dengan adanya kadar antibodi yang tinggi," ungkapnya.

Penduduk yang sudah menerima vaksin booster memiliki rata-rata kenaikan kadar antibodi tertinggi dibanding kelompok lainnya, yaitu 4841.7 U/ml.

Untuk itu, ini menjadi perhatian Kemenkes dan FKM UI agar laju vaksinasi COVID-19 tidak mandek. Sebab di lapangan masih banyak masyarakat abai terhadap kewajiban vaksin lanjutan.

"Ada 50 persen orang yang sudah divaksin itu mandek, artinya dosis vaksinnya tidak bertambah. Yang (vaksin) kesatu itu tetap satu, yang kedua tetap dua, padahal kan seharusnya yang sudah dapat vaksinasi pertama, sudah 6 bulan tuh harusnya sudah (vaksin) kedua," ujarnya.

"Ini juga kita harus perhatikan untuk mempertahankan tadi, kadar antibodi di masyarakat tetap tinggi, sehingga kita bisa mengurangi transmisi, dan lebih penting lagi mengurangi risiko hospitalisasi dan kematian," imbuh dokter Iwan. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait