URnews

Ade Armando Buka-bukaan Alasan Hadiri Aksi 11 April

Ika Virginaputri, Minggu, 15 Mei 2022 13.21 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ade Armando Buka-bukaan Alasan Hadiri Aksi 11 April
Image: Ade Armando (Foto: Instagram @AdeArmando1961)

Jakarta -- Usai mengalami pengeroyokan yang membuatnya menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama 2 minggu, akademisi Universitas Indonesia Ade Armando saat ini terlihat sudah pulih dan kembali segar. 

Akibat pengeroyokan yang terjadi di kompleks DPR/MPR Jakarta itu, Ade sempat mengalami pendarahan di bagian kepala dan luka yang cukup berat di sekujur tubuh. 

Mengenang kembali peristiwa yang berlangsung pada 11 April 2022 saat unjuk rasa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Ade mengaku hadir di lokasi aksi untuk mendukung agenda tolak amandemen UUD 1945 demi memperpanjang masa jabatan presiden.

"Isunya sendiri menurut saya isu yang penting didukung," kata Ade kepada Nong Darol Mahmadah di kanal Youtube CokroTV, Sabtu (15/4/2022). "BEM SI ini kan menolak amandemen UUD 45 lah ya, perpanjangan masa jabatan presiden," lanjutnya. 

Pentingnya agenda yang diusung BEM SI membuat Ade yang juga seorang jurnalis merasa perlu melaporkan langsung aksi tersebut kepada masyarakat. Maka datanglah Ade bersama timnya untuk meliput. 

"Jadi kalau dikatakan kenapa, ya karena memang anak-anak muda ini dan saya sendiri merasa perlu menyaksikan dan melaporkan langsung apa yang terjadi di lapangan buat para penonton," jawab Ade saat ditanya alasannya hadir di lokasi aksi. 

Ade menilai BEM SI adalah organisasi mahasiswa dengan reputasi baik ketika mereka melakukan unjuk rasa. Tak pernah terjadi kerusuhan atau aksi pengrusakan sebelumnya. Karena itu Ade tak menyangka dia bisa menjadi korban pengeroyokan yang terjadi dalam demonstrasi itu. 

"Saya menganggap kan, yang turun (aksi) BEM SI nih, BEM SI tidak punya reputasi buruk nih, track recordnya bukan menghancur-hancurkan halte," ujar Ade. "Kalau saya melihat bagaimana mereka mengorganisir, yang mahasiswa ya, BEM SI ini tertib. Koordinator lapangannya mengarahkan pengunjuk rasa dengan cara yang bisa dipertanggungjawabkan lah. Jadi tidak terbayangkan akan terjadi pengeroyokan saya itu, betul-betul sesuatu yang di luar skenario," sambung pria 61 tahun ini. 

Ade juga berbagi perasaannya terhadap para pelaku yang mengeroyoknya. Meski mengaku sempat marah, namun kini Ade justru merasa iba  

"Mula-mula saya marah, tapi kemudian saya iba sebetulnya dengan orang yang memukuli saya," kata Ade. "Karena saya yakin mereka tuh nggak ngerti kenapa saya harus dipukuli. Ketika mereka bilang 'kafir', 'penghina agama, dan memukuli saya, kalau ditanya sebetulnya mereka tahu nggak kenapa saya dikatakan menghina agama, saya yakin nggak. Saya yakin itu karena ada orang-orang lain yang memprovokasi mereka," Ade menegaskan. 
 
Ade mengaku perasaan ibanya muncul karena para pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan. Ade juga percaya Tuhan yang Maha Adil akan membalas perbuatan mereka. 

"Jadi mereka sudah melakukannya tanpa pengetahuan dan kemudian mereka akan dihukum, mungkin di dunia dan di akhirat, yaa jadi saya lebih baik iba saja lah sama mereka. Yang harus kita lawan bukan mereka, tapi pimpinannya. Mereka yang memprovokasi, mereka yang mendorong kesempitan berpikir itu," imbuh Ade. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait