URnews

Ancaman Resesi Ekonomi Global Bikin 'Ngeri', Begini Kata Pakar

Nivita Saldyni, Selasa, 15 November 2022 14.45 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ancaman Resesi Ekonomi Global Bikin 'Ngeri', Begini Kata Pakar
Image: Ilustrasi resesi (Freepik)

Jakarta - Ancaman resesi ekonomi dunia jadi topik hangat sejak beberapa waktu terakhir. Menguatnya isu ini tampaknya mulai membuat banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia ketar-ketir.

Namun sebenarnya apa sih itu resesi? Apa saja yang harus kita lakukan untuk menghadapi isu tersebut? Untuk menjawabnya, Urbanasia telah berbincang dengan Penasihat Keuangan Senior dan CEO Shila Financial, Ila Abdulrahman.

Secara sederhana, Ila menyampaikan resesi adalah menurun atau lesunya aktivitas perekonomian suatu negara. Kondisi ini bisa terjadi di sektor lain, tapi istilah resesi sendiri disematkan pada sektor ekonomi saja.

"Resesi kan ketika pertumbuhan ekonomi kita negatif tiga kuartal berturut-turut. Itu yang kami ketahui," kata Ila kepada Urbanasia, Selasa (15/11/2022).

Berdasarkan berbagai hasil riset dan juga pengamatannya terhadap kondisi di Indonesia, menurutnya saat ini kita tidak mengalami resesi. Begitu juga dengan tahun depan yang sudah semakin dekat.

"Ya walaupun memang ke depan kondisi gelap atau remang-remang dengan perang Rusia-Ukraina dan kemarin habis pandemi, namun pengalaman dari tahun ke tahun masyarakatnya sektor riil masih bergerak, jumlah angka produktifnya juga tinggi, kita generasi produktifnya masih tinggi. Kalau dibilang resesi, Indonesia kayaknya nggak deh," ungkap Ila.

"Cuma memang (resesi) perlu diwaspadai orang-orang yang bekerja di sektor yang terdampak resesi global. Kalau mereka bekerja di industri yang hampir 70 persen ke atas itu komponennya dari dalam negeri, itu oke oke saja. Tapi kalau dia bekerja di sektor lini yang banyak impor dari daerah terdampak oleh perang Rusia-Ukraina, ini harus waspada dengan adanya PHK dan lain sebagainya," imbaunya.

Ila pun menyarankan agar mereka yang punya 'status pekerjaan aman' maupun 'sumber income aman' untuk memperkuat dana darurat. Sementara bagi masyarakat yang rawan atau mungkin sudah terkena PHK, maka harus mengelola dana yang diterima dari PHK dengan baik dan benar.

"Kebanyakan orang Indonesia kan merasa PHK dapat uang banyak, seperti Indosat kemarin (sampai dengan) Rp 4 miliar. Itu gak banyak, Rp 4 miliar itu kalau kita rebahan nggak ngapa-ngapain, uangnya kerja dengan menghasilkan sembilan persen per tahun itu akan habis di jangka waktu enam tahun. Berarti yang rawan untuk di PHK, dana daruratnya dua. Satunya dana darurat untuk bertahan sampai dapat pekerjaan kembali," jelas Ila.

Namun yang tak kalah penting, menurut Ila masyarakat harus menghadapi isu resesi ini dengan santai dan tenang. Asalkan jangan lupa untuk tetap menabung, berinvestasi dan hidup secukupnya.

"Cek, review kondisi keuangan. Berapa dana daruratnya? Jadi kuatin dana daruratnya, cek dulu dan penuhi. Agak berhentilah shopping-shopping," saran Ila.

"Sekarang justru aksi yang bagus untuk berinvestasi. Tabungan is the king, investasi is the queen," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait