URnews

Bahayanya Self Diagnosis Eating Disorder

Kintan Lestari, Kamis, 1 April 2021 15.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bahayanya Self Diagnosis Eating Disorder
Image: Ilustrasi eating disorder. (Freepik/miksturaproduction)

Jakarta - Pemberitaan soal eating disorder lagi ramai dibicarakan di media sosial nih, Urbanreaders.

Buat yang belum tahu, eating disorder itu gangguan pola makan yang disebabkan oleh psikis seseorang. 

Gangguannya pun bermacam-macam bentuknya, ada yang jadi menahan lapar, ada yang makan lalu dimuntahkan kembali makanannya, ada juga yang makan dalam porsi yang sangat banyak.

Gangguan tersebut beberapa orang mungkin pernah mengalaminya sekali. Tapi bukan berarti kalau kamu mengalaminya artinya kamu eating disorder.

Penyebaran informasi yang cepat tak jarang membuat orang langsung mengambil kesimpulan atas kondisi yang dialaminya alias self diagnose, termasuk soal eating disorder ini. 

Psikolog Intan Erlita pun menyatakan bahayanya melakukan self diagnosistic.

"Self diagnosistic itu tidak disarankan karena pertama apa yang kita baca, apa yang kita googling itu semua orang bisa mengunduh. Dan satu gejala dari kondisi psikis ke kondisi psikis yang lain itu sangat tipis gejalanya. Khawatir kita salah kemudian kita me-labeling diri kita, itu jauh lebih bahaya," pungkas Intan saat dihubungi Urbanasia. 

Bila Urbanreaders memang mengalami kondisi sering memuntahkan makanan, lalu sering cemas saat makan, Intan menyarankan agar pergi lebih dulu memeriksakan diri ke dokter umum.

"Kalau dirasa kita setiap makan muntah ditambah kayak ada cemas ada stres, hal pertama ngelakuinnya langsung ke dokter umum. Karena memang bisa jadi siapa tahu ada masalah dalam pencernaan kita. Kalau dokter udah ngomong tidak ada yang salah, biasanya akan check up lebih dalam lagi," jelasnya. 

Nah, kalau hasil pemeriksaan mendalam baik, baru dokter akan merekomendasikan ke psikolog.

Maka dari itu, psikolog Intan Erlita menyarankan agar jangan melakukan self diagnostic eating disorder karena hasilnya bisa saja salah.

"Aku tidak menyarankan orang-orang untuk self diagnostic karena bisa jadi hasil yang dihasilkan tuh salah. Tetapi itu bisa menjadi alarm diri, misalnya 'kenapa ya aku kalau makan muntah terus', 'kenapa ya kalau mau makan aku cemas'. Itu tandanya alarm dari dalam diri bahwa kita harus segera memeriksakan diri kita, itu yang lebih baik," pungkasnya. 

"Jadi bukan self diagnostic untuk mendapatkan result, tapi lebih ke arah 'oke kayaknya aku butuh bantuan'" tutup Intan. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait