URstyle

Bangkitkan Pariwisata, Jepang Kasih Subsidi Rp 2,6 Juta ke Wisatawan Domestik

Kintan Lestari, Rabu, 3 Juni 2020 18.45 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bangkitkan Pariwisata, Jepang Kasih Subsidi Rp 2,6 Juta ke Wisatawan Domestik
Image: Museum Ghibli (flickr.com/kaige)

Tokyo - Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 membuat perekonomian sebuah negara terpuruk. Begitu juga dengan di Jepang.

Kasus COVID-19 di Jepang diklaim sudah terkontrol sehingga Perdana Menteri Shinzo Abe hari Senin (25/5/2020) lalu memutuskan mengakhiri status darurat nasional di negara tersebut.

Sekarang Jepang tengah berupaya untuk membangun kembali perekonomian mereka di berbagai sektor. Salah satunya di sektor pariwisata. Pemerintah Jepang merilis Kampanye Go To Travel untuk membangkitkan kembali industri pariwisata Jepang. 

Untuk detail kampanye ini belum jelas, namun salah satu yang akan dilakukan adalah pemerintah akan memberi subsidi pada wisatawan domestik hingga 20.000 yen (atau sekitar Rp 2,6 juta) per hari. 

Subsidi itu akan disediakan melalui diskon atau voucher untuk hotel, restoran, transportasi, dan objek wisata, guys.

"Kampanye Go To Travel yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Jepang adalah untuk merangsang permintaan perjalanan domestik di Jepang setelah pandemi COVID-19 dan hanya mencakup sebagian dari biaya perjalanan domestik," kata Badan Pariwisata Jepang di Twitter 27 Mei lalu seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa (2/6/2020).

Untuk menerima subsidi pelancong harus menggunakan agen perjalanan domestik atau menginap di hotel dan ryokan (penginapan tradisional) lokal. Pemerintah menyatakan kampanye ini akan berjalan kemungkinan mulai bulan Juli.

Naomi Mano, presiden dan CEO agensi perjalanan butik Luxurique, mengatakan bantuan itu disambut baik dan penting, meskipun dia masih bingung mengenai bagaimana operasinya dan siapa yang menjadi target pemerintah.

"Setiap tindakan yang membuka pintu untuk memungkinkan orang untuk memulai perjalanan lagi harus menjadi perkembangan yang positif. [Tapi] dari apa yang bisa saya katakan, rencana pendanaan ini saat ini benar-benar membingungkan dan saya tidak yakin siapa yang mereka targetkan," katanya.

Pasalnya keluarga tidak mungkin berwisata sekarang ini karena orang tua mereka terbebani ketidakpastian pekerjaan. Anak muda juga diliputi kekhawatiran yang sama, namun bila berlibur pun mereka akan mencari yang dekat dengan rumah. Satu-satunya kelompok yang mungkin bersedia menerima tawaran pemerintah adalah lansia, meskipun kelompok ini mungkin memiliki keprihatinan terhadap masalah kesehatan.

"Lansia usia 65 tahun ke atas mungkin bersedia melakukan perjalanan dan mengambil keuntungan dari voucher 20.000 yen, tetapi sebelum itu, industri dan pelancong memerlukan pedoman yang jelas tentang apa arti 'perjalanan aman',” katanya.

"Bagi orang yang bepergian, mereka perlu memahami persyaratan dan apa yang dilakukan negara lain sebagai praktik terbaik untuk melindungi kesehatan pelancong. Saat ini, pedoman itu hilang dan itu tidak berguna untuk industri atau orang-orang yang ingin pergi berlibur," lanjut Mano lagi.

Jepang masih melarang orang asing masuk ke negaranya, tapi media lokal melaporkan bahwa Tokyo sedang bergerak untuk memungkinkan kedatangan orang asing dari Australia, Selandia Baru, Thailand dan Vietnam dalam beberapa bulan mendatang.

Surat kabar Asahi melaporkan pemerintah akan mengizinkan pelancong bisnis dari empat negara masuk bila mereka negatif COVID-19 usai diperiksa pada saat keberangkatan dari negara asal mereka dan tiba di Jepang. Setelah diizinkan, pergerakan mereka akan dibatasi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait