URguide

Battered Woman Syndrome, Alasan Wanita Tetap Bucin ke Pelaku KDRT

Alfian Muntahanatul Ulya, Selasa, 29 November 2022 11.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Battered Woman Syndrome, Alasan Wanita Tetap Bucin ke Pelaku KDRT
Image: Ilustrasi KDRT. (Pixabay)

Jakarta - Pernah nggak kamu melihat seorang wanita masih bucin (budak cinta) banget meski hubungannya nggak sehat karena si pasangan suka main tangan? Pasti ikut 'gemas' juga, bukan? Kok bisa ya?

Kasus semacam itu bukan hal asing lagi, Urbanreaders. Bahkan menengok ke figur publik yang sempat jadi perbincangan karena KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) pun, istrinya tetap memberi maaf, padahal netizen berharap mereka berpisah karena nggak rela idolanya disakiti.  

Bisa jadi korban KDRT tersebut mengalami Battered Woman Syndrome (BWS). Melansir Healthline, Selasa (29/11/2022), sindrom ini merupakan produk jangka panjang dari adanya KDRT.

BWS juga dianggap sebagai subkategori dari gangguan stres pasca trauma (PTSD). Orang yang pernah menjadi korban KDRT mungkin saja merasa diri mereka nggak berdaya.

Alhasil, ini membuat mereka salah sangka dengan menyakini bahwa mereka pantas dilecehkan, disakiti, dipukuli, dan mereka nggak akan bisa menghindari hal itu di dalam hubungannya.

Dalam banyak kasus, inilah alasan mengapa korban KDRT nggak melaporkan pelecehan atau kekerasan yang mereka alami ke polisi atau setidaknya ke orang-orang terdekat mereka.

Sebab kondisi 'unik' yang dialami oleh korban kekerasan ini berbeda-beda, jadi BWS mungkin juga nggak terlihat sama pada setiap orang yang hidup dengan pelaku KDRT.

Tapi umumnya ada empat fase yang mungkin dilalui oleh korban KDRT secara sadar atau nggak. Apa saja? Simak berikut ini.

1. Denial

Sebab shock, para korban KDRT ini kerap kali belum atau bahkan nggak menerima fakta bahwa orang yang mereka cintai telah bersikap kasar. 

Mereka meyakini kalau bisa saja pasangannya sedang khilaf dan nggak akan melakukannya lagi di kemudian hari.

2. Guilt

Banyak orang akhirnya merasa bersalah atas apa yang telah menimpanya, termasuk dalam kasus KDRT. Sebab taktik manipulatif dari pelaku, sering kali menjerumuskan korban untuk merasa bersalah.

Hasilnya, korban akan terus menyalahkan diri sendiri dan menganggap pasangan mereka melakukan KDRT lantaran kesalahan yang mereka perbuat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait