3 Pilar Strategi Kurangi Limbah Plastik Kemasan Kosmetik

Jakarta - Sampah plastik masih jadi masalah besar. Bagaimana tidak, sampah ini tidak mudah terurai dan bertahan ratusan tahun sehingga mencemari tanah juga lautan. Salah satu sumber sampah plastik berasal dari produk kosmetik.
Coba Urbanreaders ingat kembali, berapa banyak sampah produk kosmetik, baik skincare, bodycare, haircare, sampai tools-nya, yang saat ini sudah kalian buang? Pasti kalau dipikirkan sudah banyak banget kan jumlahnya.
L'Oreal yang berkomitmen menjaga lingkungan menerapkan berbagai strategi untuk mengurangi dan menangani sampah plastik lewat L'Oréal for the Future (L4TF), yang merupakan strategi pembangunan berkelanjutan dengan target berbasis sains dan memiliki komitmen jangka panjang hingga 2030 yang mencakup enam topik utama, diantaranya air, iklim, keanekaragaman hayati, pemberdayaan komunitas, dampak finansial, dan juga limbah.
Mohamad Fikri selaku Director of Corporate Responsibility L'Oréal Indonesia mengungkap ada 3 pilar strategi yang dilakukan perusahaan untuk mempercepat pengelolaan sampah plastik. Strategi percepatan untuk mengatasi sampah plastik sejalan dengan Peraturan Presiden No. 83 tahun 2018.
"Kita perlu melakukan percepatan karena memang ada dua dasar utama, yaitu Kepres Presiden dimana harus ada 70% penanganan sampah laut kita mau contribute disitu, dan terutama mandat dari KLHK khusus untuk produsen dimana kita bikin TOR untuk mengurangi potensi timbunan sampah sebesar 30% di 2029," kata Fikri dalam acara Konferensi Pers L’Oreal For The Future di Kebayoran Baru, Selasa (6/12/2022).
Sumber: Mohamad Fikri selaku Director of Corporate Responsibility L'Oréal Indonesia dalam Konferensi Pers L’Oreal For The Future di Kebayoran Baru, Selasa (6/12/2022). (Kintan/Urbanasia)
Disampaikan Fikri, ada 3 pilar yang dilakukan L'Oreal guna menghadirkan bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Yang pertama adalah transformasi diri. Jadi beberapa beauty product dibuat dengan bahan daur ulang.
"Micellar water terbuat 100% dari daur ulang PET, dan itu benar-benar kita produksi di pabrik kita. Ada juga kemasan yang bisa di daur ulang dan kemasan isi ulangnya juga disediakan. Kaca juga dibuat dari bahan daur ulang. Bahkan produk sachet itu kita kurangi total 4 cm jadi berhasil saving sekitar 42% plastik di satu kemasannya. Kalau suka dapat sample luxury product kita, itu sampelnya terbuat dari plastik sachet. Kita cari solusinya jadi ke kemasan kertas, dan masih banyak lagi inisiatif di produk kita," kata Fikri.
Pilar kedua adalah kolaborasi dengan mitra. Jadi perusahaan mengedukasi mitra untuk mencapai eco design material, membangun butik yang sustainability, dan inovasi PIL (Product Impact Labeling), yaitu inovasi dimana konsumen punya hak mendapatkan transparansi mengenai skor dari lingkungan performance di produk tersebut.
Pilar ketiga yaitu bagaimana perusahaan mengatasi isu sosial dan lingkungan, yakni lewat Garnier e-recyle dan dihadirkannya dropbox. Dengan cara ini berhasil dikumpulkan 150 ton plastik.
"Kita mendonasikan dana dari sampah masyarakat, yang mana kita berhasil meng-empower 90 anak pemulung. Jadi bisa dibuktiin sendiri kalau sampah itu ketika dikumpulkan memang punya value," tutup Fikri.