URstyle

Berdayakan Kaum Disabilitas, Omah Difabel Malang Produksi APD

Nunung Nasikhah, Jumat, 10 April 2020 15.16 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Berdayakan Kaum Disabilitas, Omah Difabel Malang Produksi APD
Image: Dok. Linksos

Malang - Darurat coronavirus disease (COVID-19) berdampak serius pada perekonomian masyarakat, utamanya bagi warga berpenghasilan harian tidak tetap.

Sebagian mereka bahkan kehilangan pekerjaan, terlebih bagi difabel yang secara umum memiilki berbagai hambatan aksesibilitas.

Menghadapi masalah tersebut, Omah Difabel yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Dusun Setran, Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur kemudian mengambil kebijakan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah sesuai himbauan pemerintah demi mempertahankan stabilitas ekonomi anggota dan masyarakat sekitar.

Omah Difabel sendiri merupakan workshop pemberdayaan masyarakat yang dikelola Lingkar Sosial Indonesia. Sasaran penerima manfaat dari workshop ini adalah warga penyandang disabilitas, namun juga tidak mengesampingkan masyarakat lainnya.

Ketua Pembina Lingkar Sosial Indonesia, Kertaning Tyas mengatakan, saat ini, Omah Difabel tengah menjalin kerja sama dengan tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat untuk memproduksi masker filter tiga lapis.

“Kami juga memproduksi hazmat atau pakaian dekontaminasi. Pakaian ini biasa digunakan oleh pemadam kebakaran, teknisi medis darurat, paramedis, peneliti serta petugas yang beresiko terkontaminasi zat beracun. Termasuk saat ini hazmat digunakan para medis dalam penanggulangan COVID-19,” kata pria yang akrab disapa Ken Kerta tersebut melalui rilis yang diterima Urbanasia.  

Ken menambahkan, kebijakan work from home diterapkan demi menjaga stabilitas ekonomi anggota Lingkar Sosial dan masyarakat sekitar.

“Dengan pola kerja mengacu pada himbauan physical distancing yaitu menjaga jarak fisik satu dan lainnya demi mencegah penyebaran corona virus,” tegasnya.

Lebih lanjut, Ken menceritakan pola kerja work from home yang diterapkan oleh Omah Difabel. Koordinator yang ditunjuk, kata Ken, akan datang ke Omah Difabel secara berkala untuk koordinasi dengan Manager Produksi. Setelah itu, ia akan mengambil garapan secukupnya untuk didistribusikan pada mitra penjahit.

“Para mitra penjahit bekerja di rumah masing-masing. Garapan yang telah selesai diserahkan ke Omah Difabel melalui koordinator,” ujar Ken.

Di Omah Difabel, setidaknya ada sekitar 20 penjahit dimana 50 persennya merupakan penyandang disabilitas, selebihnya adalah non difabel yang merupakan warga sekitar.

“Merespon tingginya permintaan alat pelindung diri, Omah Difabel kemudian membuka kesempatan kerjasama kemitraan bagi difabel dan orangtua Anak berkebutuhan Khusus (ABK) khususnya dan masyarakat umum lainnya,” ujar Ken.

Di samping menggerakkan Omah Difabel sebagai sentral produksi alat pelindung diri, Yayasan Lingkar Sosial juga melakukan penyemprotan disinfektan bersama pemerintah desa pada fasilitas-fasilitas umum dan pemukiman warga.  

“Untuk membantu penanggulangan krisis, masker dan hazmat produk Omah Difabel dijual dengan harga wajar, spec yang sesuai standar serta penerapan bio security,” tandas Ken.

Satu pack masker filter isi lima pcs, kata Ken, dijual seharga Rp 40.000, sedangkan Hazmat dibanderol dengan harga RP 165.000 per unit.

“Harga bisa fluktuatif dipengaruhi harga material di pasar,” tuturnya.

Untuk masker filter tiga lapis, terdiri dari dua kain katun pelindung dan satu filter dari bahan non woven. Kain katun membuat nyaman penggunanya, sedangkan filter efektif memghambat paparan debu, bakteri dan virus.

“Masker bisa dicuci dan digunakan kembali, sedangkan filter dapat diisi ulang dan diganti tissue,” jelas Ken.

Sedangkan hazmat atau pakaian dekontaminasi terbuat dari kain parasut. Ringan dipakai dan tidak tembus air, utamanya droplet atau percikan cairan tubuh.

Pakaian tersebut digunakan 3 hingga 4 kali setelah melalui proses penyucian. Cara mencucinya pun cukup dicelupkan beberapa kali ke air campur deterjen tanpa disikat dan dibilas lalu dijemur.

“Omah Difabel Lingkar Sosial menerapkan standar bio security dalam proses produksi. Yaitu kebersihan diri pekerja, ditandai dengan pengunaan alat pelindung diri, minimal masker dan kesiapan hand sanitizer, kebersihan alat kerja dan material, serta kebersihan lingkungan. Bio security merupakan upaya memutus mata rantai penularan penyakit,” terang Ken.

“Standar keamanan  alat pelindung diri yang diproduksi Omah Difabel dikonsultasikan dengan ahli medis dan Dinas Kesehatan,” imbuhnya.

Ken mengatakan, pihaknya berharap ada dukungan pemerintah terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM)  diantaranya melalui tender atau penunjukkan pengadaan APD yang memprioritaskan kelompok kerja difabel, kelompok kerja masyarakat dan usaha-usaha rumahan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait