URstyle

Berkaca dari Halloween di Itaewon, Dokter Beberkan Bahaya Berdesakan

Griska Laras, Senin, 31 Oktober 2022 11.35 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Berkaca dari Halloween di Itaewon, Dokter Beberkan Bahaya Berdesakan
Image: Ilustrasi pijat jantung/CPR ((Freepik/Hooyah808).

Jakarta – Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan, pada Sabtu (29/1020/22) berujung petaka. Ratusan orang tewas karena henti jantung dan puluhan orang luka-luka usai berdesakan dalam kerumunan di sebuah gang sempit. 

Mengutip Yonhap, tim cepat tanggap menerima 81 panggilan dari orang-orang yang mengaku sesak napas. Jumlahnya meningkat seiring dengan situasi yang makin tak terkendali. 

Berdasarkan kasus ini, Dokter Spesialis Jantung Vito Anggarino Damay menjelaskan bahaya berdesakan dalam kerumunan. 

Ketika seseorang terjebak dalam kerumunan, tubuh akan kekurangan oksigen. Jika terjadi dalam waktu lama, tubuh bisa mengalami henti jantung karen

“Ketika berdesakan, kanan, kiri, depan, belakang ada orang, napas jadi kurang lega. Dada orang mungkin terhimpit sehingga tidak bisa bernapas dengan baik,” kata Dokter Vito di Instagram @doktervito. 

Kondisi tersebut bisa bertambah buruk apabila situasinya tidak terkendali. Bahkan bisa menyebabkan hipoksia atau henti jantung akibat kekurangan oksigen. 

“Saat situasinya menjadi tegang, adrenalin muncul, karbon dioksida lebih banyak, sehingga akhirnya pembuluh darah kuncup. Oksigen nggak bisa terhantar dengan baik, karena jantung sebagai pompa pembuluh darah dan penghantar oksigen ke seluruh tubuh juga kekurangan oksigen,” terangnya. 

Vito menjelaskan hipoksia dapat membuat detak jantung seseorang melambat (bradikardia) bahkan berhenti berdetak (asistol). Jika terjadi lebih dari enam menit, kerusakan sel otak permanen bisa terjadi. 

Maka dari itu, orang yang mengalami tanda-tanda hipoksia harus segera diberikan pertolongan cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP). 

Cara Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

1667189468-cover-CPR.jpgSumber: Ilustrasi - Prosedur CPR. (Freepik)

Vito mengatakan CPR tak hanya bisa dilakukan tenaga profesional. Orang yang tidak memiliki background pendidikan medis juga bisa memberikan pijat jantung sebagai pertolongan pertama. 

“Pijat jantung dapat menolong meningkatkan survival sampai 40 persen dan bahkan dilakukan tanpa menggunakan bantuan napas,” kata Vito. 

Sebelum melakukan RJP, Vito meminta agar penolong memperhatikan kondisi korban. Pastikan posisi tubuh korban berbaring lurus di permukaan datar. Setelah itu, tumpuk telapak tangan di dada korban lalu tekan dengan kecepatan 100 kali per menit selama tiga siklus. 

“Saat memompa dada, pakai berat badan. Jadi pundak yang naik turun, sementara bagian lengan tegak lurus,” terang Vito. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait