URnews

BMKG Gencarkan Sosialisasi Mitigasi Bencana di Selatan Jawa

Indi Lusiani, Sabtu, 9 Oktober 2021 10.49 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
BMKG Gencarkan Sosialisasi Mitigasi Bencana di Selatan Jawa
Image: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Senin (24/2/2020). (Humas Pemkot Surabaya)

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan sosialisasi mitigasi bencana gempabumi dan tsunami di sepanjang pesisir Pulau Jawa bagian selatan. Hal ini menjadi upaya untuk mitigasi guna mewujudkan target zero victim jika terjadi gempabumi dan tsunami.

“Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian mitigasi untuk menekan potensi resiko pada tingkat minimal selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers yang diterima Urbanasia, Sabtu (9/10/2021).

Tak hanya menggelar Sekolah Lapang Gempa (SLG), BMKG juga melakukan susur jalur guna memeriksa kelayakan jalur evakuasi, salah satunya keberadaan rambu-rambu di sepanjang jalur tersebut.

Selain itu, Dwikorita menyebut literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat. Terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar ditengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan.

Dwikorita mengatakan bahwa pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempabumi dan tsunami. Menurutnya, Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami, Bambang S. Prayitno menjelaskan, wilayah Kabupaten Purworejo merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami, karena lokasinya yang berhadapan dengan sumber gempa megathrust segmen Jawa dengan potensi gempa dengan magnitudo maksimum M8,7. Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia di dasar laut Samudra Hindia selatan Purworejo.

Jika gempa dengan skenario terburuk ini terjadi, maka guncangannya dapat menimbulkan kerusakan di Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur. Sementara itu, karena episenter gempa dahsyat ini di dasar laut dengan kedalaman hiposenter yang dangkal maka dapat memicu terjadinya tsunami.

Bambang menegaskan, sampai detik ini tidak ada satupun negara maupun teknologi di dunia yang mampu memprediksi kapan akan terjadi gempa termasuk besaran gempa dan letak gempa.

“Semua masih sebatas potensi dengan melihat sejarah kegempaan di wilayah tersebut. Mudah-mudahan tidak terjadi gempa yang disusul tsunami. Tapi manakala terjadi, pemerintah daerah dan masyarakat, beserta semua unsur-unsur masyarakat sudah siap dan tidak gagap dalam menghadapinya,” ujarnya.

Kendati demikian, simulasi harus sering dilakukan untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat dan sarana yang disiapkan untuk mengurangi dampak bencana. Menurut Bambang, simulasi evakuasi mandiri ini untuk mengukur ketepatan lama waktu yang ditempuh oleh masyarakat ketika melakukan evakuasi sebelum terjadinya tsunami.

“Saya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mencari sumber informasi yang resmi yang dikeluarkan BMKG agar terhindar dari berita bohong,” tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait