URnews

BMKG Ingatkan Adanya Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Jatim

Nivita Saldyni, Rabu, 2 Juni 2021 19.59 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
BMKG Ingatkan Adanya Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Jatim
Image: Ilustrasi gempa bumi. (Pixabay)

Surabaya - Sejak beberapa bulan terakhir, Jawa Timur sudah diguncang dua kali gempa bumi yang yang bersifat destruktif. Hal ini tentu menjadi perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Dalam webinar terbaru yang digelar BMKG pada 28 Mei 2021 lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan peringatan akan akdanya potensi gempa besar di atas Magnitudo 7 hingga tsunami setinggi 29 meter di pesisir selatan Jatim.

Apalagi dari hasil analisis BMKG, terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di Jatim sejak awal 2021. Di mana yang sebelumnya rata-rata kejadian gempa per bulan sekitar 300-400 kali, sejak Januari intensitas gempa naik menjadi 600 - 900 kali.

"Sejak awal tahun kami survei. Mulai tahun-tahun sebelumnya rata-rata gempa 300-400 kali. Tapi mulai Januari (2021) itu sudah lompat 600 kali lebih dan memang rata-rata 600 kali saat ini di Jatim terjadi lompatan," kata Dwikorita dikutip pada Rabu (2/6/2021).

Meski gempa-gempa ini berkekuatan kecil, namun jika dilihat dari sejarah, menurut Dwikorita tetap harus disiapkan skenario terburuk. Apalagi jika dilihat dari sejarah kegempaannya, wilayah Malang dan sekitarnya itu sudah mengalami 9 kali kejadian gempa bumi yang sifatnya merusak sejak 1896 dan beberapa di antaranya memicu tsunami.

"Hasil analisis kami untuk wilayah Jatim, seluruh pesisir itu potensinya, tinggi maksimum 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek, itu tinggi maksimum. Waktu tiba tercepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar," jelasnya.

"Ini sudah masuk genangan, bukan tinggi gelombang di pinggir pantai. Genangan bisa mencapai 22 meter, ini sampai masuknya juga menjorok cukup jauh (ke darat)," imbuh Dwikorita.

Dwikorita pun menyampaikan bahwa ada potensi gempa di atas magnitudo 7 yang bisa memicu tsunami di Jatim. Bahkan hasil studi yang dilakukan oleh Pusat Studi Gempa Nasional, kata Dwikorita, menunjukkan ada potensi dan skenario terburuk berupa gempa berkekuatan magnitudo 8,7 terjadi di Jatim dan memicu tsunami.

Belum lagi, menurut data BMKG, seismisitas Jatim pada 2008 hingga 2020 menunjukkan ada zona seismik gap di selatan Jatim yang patut diwaspadai. Zona seismik gap ini merupakan zona di mana yang seharusnya relatif aktif secara tektonik, namun  jarang terjadi gempa signifikan dalam waktu yang cukup lama.

"Di selatan Jatim, dari sekian ratus kejadian gempa sejak 2008, kelihatan ada zona yang kosong. Tidak ada titik-titik pusat gempanya. Zona-zona yang kosong ini dari yang dikatakan sebagai seismik gap yang dikhawatirkan," jelasnya.

Hal ini, kata Dwikorita menjadi alarm bagi masyarakat Jatim untuk menyiapkan upaya mitigasi. Seperti memperbaiki sarana prasarana evakuasi, serta latihan-latihan penanganan kebencanaan.

"Nah sehingga itulah yang menjadi pegangan kalau meskipun itu belum tentu terjadi lagi, namanya mitigasi itu berdasarkan skenario, seandainya terburuk, apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, kita perlu mengantisipasi dengan tetap menyiapkan sarana prasarana maupun masyarakat yang mampu melakukan pertolongan mandiri atau evakuasi mandiri apabila terjadi gempa bumi atau tsunami, tetapi difasilitasi," pesannya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait