URnews

Bukan 'Zona Hijau', Dinkes: Rt Surabaya yang Sudah Hijau

Nivita Saldyni, Rabu, 5 Agustus 2020 10.36 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bukan 'Zona Hijau', Dinkes: Rt Surabaya yang Sudah Hijau
Image: Kepala Dinkes Kota Surabaya Febria Rachmanita (kanan) menjelaskan soal warna hijau pada Rt Kota Surabaya. (Humas Pemkot Surabaya)

Surabaya - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita membantah bahwa Kota Surabaya masuk zona hijau COVID-19.

Ia memastikan bahwa kata 'hijau' yang digunakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menggambarkan angka reproduksi efektif (Rt) yang kian membaik.

"Ingat lho ya, saya tidak bicara zona. Tetapi bicara Rt yang sudah hijau dengan penularan kasus yang sudah dapat dikendalikan. Atau teorinya, penyakit kemungkinan akan hilang dari populasi. Jadi, sekali lagi angka Rt di Surabaya sudah berwarna hijau," kata Febria di Balai Kota Surabaya, Rabu (5/8/2020).

Ia menjelaskan ada tiga simbol warna dalam Rt yang digunakan untuk menggambarkan angka penularan kasus. Mulai dari warna merah yang artinya angka penularan di atas satu (Rt>1) dan penyakit akan semakin menyebar dan jadi wabah di populasi.

Kedua ada warna kuning yang berarti penularan sama dengan satu (Rt=1) dan penyakit akan konstan ada, tidak bertambah dan tidak berkurang di populasi sehingga menjadi endemis. Terakhir, warna hijau yang artinya nilai penularan di bawah satu (Rt<1) dan penyakit dapat terkendali.

Nah, Feny mengkalim bahwa dua minggu terakhir sejak 21 Juli hingga 3 Agustus 2020, angka Rt Surabaya kurang dari satu, artinya penularan sudah terkendali.

"Nah, Surabaya sudah warna hijau dan artinya penyakit sudah terkendali," pungkasnya.

Feny menambahkan, angka Rt didapatkan dari dasar data onset mulai tanggal 26 Februari - 3 Agustus 2020 atau setara dengan 160 hari. Berdasarkan data tersebut, data Rt Surabaya hingga saat ini terlihat tak stabil.

Pada 21 Maret – 23 Mei atau pada PSBB tahap satu dan dua masih berwarna merah. Kemudian pada 24–25 Mei membaik menjadi kuning dan mulai hijau pada 26 Mei – 04 Juni.

Warna ini kembali berubah menjadi kuning pada 5–6 Juni 2020 dan meningkat menjadi merah pada 7 Juni. Tak lama, pada 8–10 Juni masuk warna kuning dan kembali merah pada 11–12 Juni. 

"Kemudian 13-15 Juni kembali berwarna kuning. Terus begitu, berubah-ubah sangat dinamis. Tetapi yang paling lama warna hijau ini adalah dua minggu terakhir, semoga bisa konsisten," ungkap Feny.

Ia pun mengaku keberhasilan ini tak lepas dari peran penting Risma selaku Wali Kota Surabaya. Apalagi seperti yang kita tahu bahwa Risma rajin melakukan sosialisasi hingga turun ke lapangan untuk mengingatkan warga dan juga membagikan masker di berbagai sudut kota.

"Itu salah satunya mengapa Rt kami bisa turun. Karena Ibu Wali tidak pernah berhenti sosialisasi ke masyarakat. Beliau terus melakukan itu. Sehingga masyarakatnya bisa lebih disiplin lagi," jelas Feny.

Selain itu, masifnya tes swab dan rapid yang dilakukan massal juga berperan penting dalam penurunan angka penularan di Kota Pahlawan. Sebab, dari tes ini bisa mempercepat deteksi dini atau penemuan pasien terkonfirmasi. 

"Bukan berarti itu jelek lho ya. Dengan banyaknya (tes) kita menemukan yang reaktif itu, maka berarti kita bisa lebih cepat memisahkan. Kita bisa deteksi dini dari awal untuk memisahkan pasien konfirm agar dia tidak tertular dengan keluarganya dan teman-temannya," jelasnya.

Ia pun meminta agar Urbanreaders tetap disiplin menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS), rajin cuci tangan dan tak lupa memakai masker saat keluar rumah.

"Sebab, hanya dengan itu. Kalau displin dan patuh kita bisa mengendalikan ini dan tidak tertular," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait