Daniel Radcliffe Tanggapi Kontroversi JK Rowling soal Transgender
Jakarta - Hari Minggu (7/6/2020) lalu nama J.K Rowling jadi trending topic di Twitter. Penyebabnya adalah cuitannya yang dinilai anti-trans dan transfobia.
Itu bermula dari Rowling yang menanggapi sebuah artikel berjudul 'Opinion: Creating a more equal post-COVID-19 world for people who menstruate'.
Menanggapi artikel tersebut, penulis novel best seller Harry Potter itu menulis "Orang yang menstruasi. Saya yakin ada penggunaan kata untuk orang-orang itu. Seseorang bantu saya. Wumben? Wimpund? Woomud?".
Jawabannya itu menuai perdebatan yang mana banyak orang menilainya sebagai anti-trans dan transfobia terhadap kelompok masyarakat transgender, non-biner atau genderqueer yang juga mengalami menstruasi.
Bintang Harry Potter, Daniel Radcliffe, hari ini (9/6/2020) memberi respon atas kontroversi J.K Rowling.
Lewat sebuah esai yang diunggah dalam laman the Trevor Project, aktor 30 tahun itu justru menyatakan dukungannya terhadap kelompok transgender sekaligus menyatakan bahwa kelompok transgender juga mengalami menstruasi.
"Transgender perempuan juga perempuan," tulis pemeran Harry Potter tersebut.
Ia juga menyatakan kalau menurut satistik dari The Trevor Project, sebanyak 78% dari transgender dan pemuda non-biner dilaporkan menjadi subyek diskriminasi karena identitas gender mereka.
"Jelas bahwa kita perlu melakukan lebih banyak untuk mendukung kelompok transgender dan non-biner, bukan memvalidasi identitas mereka, dan bukan menyebabkan bahaya yang lebih jauh," tulisnya lagi.
Karena cuitan Rowling, banyak penggemar Harry Potter yang menyebut mereka tidak akan menonton lagi film tersebut. Padahal banyak yang merasa kalau tujuh novel Harry Potter menonjolkan nilai-nilai cinta dan kasih sayang sehingga menjadi inspirasi banyak penggemar dari kelompok LGBT untuk mengakui identitas mereka.
Daniel Radcliffe pun menanggapi ungkapan kekecewaan para penggemar Harry Potter dengan meminta maaf pada fans yang merasa dikecewakan.
"Saya sungguh berharap bahwa kalian tidak seutuhnya kehilangan apa yang berharga dalam cerita tersebut dalam hidup kalian. Bila buku-buku ini mengajarkan kalian bahwa cinta adalah kekuatan terbesar dalam semesta, mampu mengalahkan segalanya; bila cerita itu mengajarkan kalian bahwa kekuatan ditemukan dalam keberagaman, dan bahwa gagasan dogma atas kemurnian identitas menyebabkan aksi opresi terhadap kelompok rentan; bila kalian percaya bahwa sebagian karakter adalah trans, non-biner, atau gender fluid, atau bahwa mereka gay atau biseksual; bila kalian menemukan apa pun dalam cerita tersebut yang cocok dengan kalian dan membantu kalian dalam banyak kesempatan dalam hidup - maka apa yang terjadi antara buku-buku itu dengan kalian adalah hal yang suci," kata Radcliffe.