URtech

Dimiliki Elon Musk, Twitter Dikhawatirkan Makin 'Digdaya'

Shinta Galih, Kamis, 28 April 2022 18.57 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dimiliki Elon Musk, Twitter Dikhawatirkan Makin 'Digdaya'
Image: CEO Tesla, Elon Musk. (Instagram @elonmusk)

Jakarta - Elon Musk, sosok yang sudah diakui oleh Bloomberg sebagai orang terkaya di dunia, akan segera menambahkan salah satu platform media paling berpengaruh di dunia ke dalam genggamannya, setelah dirinya membeli Twitter. 

Ini makin menguatkan kerajaan bisnis yang sudah dibangunnya, yakni SpaceX dan Tesla. Kombinasi tersebut menjadikannya salah satu tokoh paling signifikan dalam sejarah teknologi, bisnis dan media.

“Saya pikir ini benar-benar baru,” Brad DeLong, seorang sejarawan ekonomi di University of California, Berkeley seperti dikutip dari NBCNews, Kamis (28/4/2022).

“Seingat saya, belum pernah ada pengusaha besar di bidang teknologi tinggi saat ini yang menginginkan pengaruh semacam ini - atau, lebih tepatnya, Jobs dan Gates menginginkannya, tetapi mereka merayu platform berita, daripada membelinya," imbuhnya.

Namun kesepakatan Musk mengambil alih Twitter memunculkan tekanan besar dari politikus dan regulator. Mereka selama ini mengeluhkan konten yang muncul di platform ini.

"Tidak peduli siapa yang memiliki atau menjalankan Twitter, Presiden Joe Biden sejak lama khawatir tentang kekuatan platform media sosial yang besar," kata Juru Bicara kantor kepresidenan AS, Jen Psaki dikutip dari BBC.

" Perubahan pada kebijakan, fitur dan algoritma, baik itu besar maupun kecil, dapat memiliki dampak yang tidak proporsional dan terkadang menghancurkan, termasuk kekerasan offline,”

Di Twitter, anggota parlemen sekaligus Ketua Komite Digital, Budaya, Media dan Olahraga Inggris, Julian Knight, menyebut kesepakatan itu sebagai 'perkembangan luar biasa di dunia media sosial'.

"Menarik untuk melihat bagaimana Twitter beroperasi dengan status perusahaan pribadi (dijalankan oleh seorang pria yang absolutis atas kebebasan berbicara) dan bagaimana mereka menyikapi tuntutan global untuk mengatur media sosial," cuit Knigh.

Sementara di pihak lain, Direktur Eksekutif di American Civil Liberties Union Anthony Romero menyatakan, banyak bahaya jika satu individu memiliki begitu banyak kekuasaan. Kekhawatiran serupa dilontarkan Amnesty International. Mereka prihatin atas kemungkinan keputusan yang mungkin diambil Twitter setelah pengambilalihan Musk.

”Hal terakhir yang kami butuhkan adalah Twitter yang dengan sengaja menutup mata terhadap kekerasan dan ucapan kasar terhadap pengguna. Terutama kepada mereka yang paling terpengaruh secara tidak proporsional, termasuk wanita, orang nonbiner, dan lainnya,” ujar Michael Kleinman, direktur teknologi dan hak asasi manusia di Amnesty International AS.

Musk sendiri menyebut langkah mencaplok Twitter akan memberinya kebebasan untuk membuat perubahan terhadap Twitter.

Di antara ide-idenya yang lain, Musk berencana memberi ruang cuitan yang lebih panjang dan fitur menyunting cuitan yang sudah diterbitkan.

Dia juga membuat klaim akan menggagas sejumlah perubahan, seperti melonggarkan pembatasan konten dan memberantas akun palsu.

"Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritma open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia,” cuit Musk.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait