URguide

Dosen UGM Ciptakan Bilik Swab Corona, Segera Diproduksi Massal

Nunung Nasikhah, Minggu, 19 April 2020 12.20 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dosen UGM Ciptakan Bilik Swab Corona, Segera Diproduksi Massal
Image: Swab Cabinet BCL-UGM. (ANTARA)

Yogyakarta - Dosen Departemen Mikrobiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Jaka Widada, belum lama ini menciptakan bilik swab corona yang diberi nama resmi "Swab Cabinet BCL-UGM".

Inisiatif menciptakan bilik swab corona ini, kata Jaka, berawal dari keprihatinannya terhadap ketersediaan alat pelindung diri (APD) tenaga medis yang terbatas.

Pembuatan bilik ini terinspirasi dari melihat video petugas kesehatan di Korea Selatan yang tengah melakukan uji swab di sebuah bilik untuk memeriksa pasien.

Jaka lantas berdiskusi dengan istrinya yang merupakan dokter spesialis THT dan telah terbiasa menguji swab saat memeriksa pasiennya.

Di samping itu, Jaka sendiri juga memiliki latar belakang keilmuan mikrobiologi sehingga sedikit banyak memiliki pengetahuan tentang bakteri, virus serta ruangan yang bebas kuman.

"Background saya mikrobiologi, lebih dari 35 tahun belajar tentang bakteri, jamur, virus dan lainnya sehingga familiar tentang karakteristik virus seperti apa dan membuat ruang bebas kuman seperti apa," kata Jaka, sebagaimana dikutip dari Antara (19/4/2020).

Bilik buatannya tersebut memiliki dimensi berukuran 90x90×200 cm dengan tinggi 2 meter. Lapisan bilik terbuat dari bahan aluminium panel komposit (APC) dengan ketebalan sekitar 3 mm.

Pada bagian atas bilik terpasang blower dan hepa filter untuk mengembuskan udara bersih ke dalam bilik.

Sementara pada pintu bagian belakang dan bagian depan menggunakan kaca dengan tebal 6 mm. Pintu ini dilengkapi dua lubang yang dipasang dua sarung tangan panjang permanen berbahan latex untuk memeriksa pasien.

Saat digunakan, sarung tangan permanen masih dirangkapi dengan sarung tangan medis steril yang sekali pakai.

"Dengan demikian orang yang diperiksa maupun medis juga terlindungi, aman dari penularan," ujar Jaka.

Tak hanya itu. Bilik yang dibuat dengan bahan berstandar medis itu juga dilengkapi amplifier dengan speaker sebagai sarana komunikasi dengan pasien.

Ia berharap bilik yang ia kembangkan dapat menjadi solusi alternatif bagi petugas kesehatan saat mengambil swab pasien.

"Tenaga kesehatan tidak perlu pakai APD hanya cukup menggunakan masker sehingga nyaman tidak terbebani dengan hazmat yang berat dan panas," kata dia.

Jaka berharap bilik swab corona ini bisa diproduksi dan didistribusikan secara massal di tengah keterbatasan APD tenaga medis.

"Satu unit sudah jadi dan ini sedang menyelesaikan 10 unit. Targetnya akhir minggu depan sudah bisa didistribusikan ke rumah sakit rujukan yang telah terdaftar," tuturnya.

Ia juga menaruh harapan agar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nasional bisa terlibat untuk memproduksi bilik swab secara massal.

Pasalnya, hingga saat ini sumber dana pembuatan bilik swab ini hanya mengandalkan sumbangan para donatur.

"Saya kira (keterlibatan gugus tugas) perlu. Kalau yang kami buat saat ini hanya mengandalkan 'dana umat' dari para donatur yang baik hati," tandasnya.

Untuk tahap awal, kata Jaka, bilik swab buatannya akan disalurkan ke sejumlah rumah sakit rujukan COVID-19 di DIY.

"DIY yang sudah masuk daftar ada RSUP Dr Sardjito, RS Bantul, dan Sleman. Lainnya, oleh donatur dikirim ke Banyuwangi, Malang, Jakarta, Bandara Cengkareng, dan Bogor," tuturnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait