URtrending

Duh! Ratusan Hewan di Taman Satwa Cikembulan Garut Terancam Kelaparan

Ardha Franstiya, Senin, 27 April 2020 12.20 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Duh! Ratusan Hewan di Taman Satwa Cikembulan Garut Terancam Kelaparan
Image: Salah satu satwa di Taman Satwa Ciembulan. (ksdae.menlhk.go.id)

Garut – Mewabahnya coronavirus disease (COVID-19) ternyata tak hanya berimbas pada kehidupan manusia, namun juga hewan yang berada di Taman Satwa Cikembulan di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Akibat ditutupnya kunjungan wisatawan sejak COVID-19 melanda Indonesia, Pengelola Taman Satwa Cikembulan mengaku kesulitan dana untuk memenuhi kebutuhan pakan hewan. Oleh karenanya, pihak pengelola berharap mendapatkan bantuan pemerintah.

"Bila kasus COVID-19 ini masih lama, kami benar-benar menyerah dan tidak sanggup bertahan lagi mengelola satwa negara, prediksi kami hanya dapat bertahan sampai bulan Juni 2020," kata Manager Operasional Lembaga Konservasi Taman Satwa Cikembulan, Rudy Arifin, sebagaimana dikutip dari Antara (27/4/2020).

Menurut Rudy, Taman Satwa Cikembulan yang berlokasi di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut tersebut biasanya banyak dikunjungi wisatawan. Namun sejak corona mewabah, tempat wisata tersebut terpaksa ditutup sejak awal Maret 2020 lalu.

Akibatnya, tidak ada pendapatan bagi pengelola untuk menambah biaya perawatan dan memenuhi kebutuhan pakan satwa setiap harinya. Sementara, menurut Rudy, tabungan yang tersedia tidak cukup banyak.

"Kami sudah sejak awal Maret tidak menerima pengunjung lagi, kami hanya mengandalkan tabungan yang ada, itu pun tidak banyak," tegasnya.

Kawasan konservasi Taman Satwa Cikembulan tersebut memiliki luas sekitar 5 hektar dengan jumlah koleksi satwa sebanyak 435 ekor termasuk jenis mamalia, aves dan reptil. Jika ditotoal biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan mencapai Rp 220 juta.

Menurut Rudy, jenis satwa yang membutuhkan banyak dana untuk penyediaan pakan di antaranya macan tutul dengan jumlah lima ekor, harimau sumatera satu ekor, beruang madu satu ekor, dan singa afrika delapan ekor.

"Untuk makan macan tutul saja manajemen harus menagmbil kocek dalam-dalam sebesar Rp20 juta per bulan karena harus membeli pakan berupa daging untuk makan mereka," jelasnya.

Jika wabah COVID-19 ini berlangsung lama, maka Rudy memastikan akan banyak satwa yang tidak bisa dipenuhi kebutuhan pakannya.

Kondisi tersebut, menurutnya, dapat diatasi apabila ada bantuan dan pihak lain untuk membantu memenuhi kebutuhan pakan satwa tersebut.

"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, karena satwa dilindungi yang ada di kami adalah milik pemerintah," terangnya.

Ia juga mengtakan, selain berdampak pada kebutuhan pakan satwa, wabah corona juga menyebabkan pemangkasan jumlah karyawan untuk mengurangi beban biaya operasional.

Menurut Rudy, sebelumnya terdapat 30 orang karyawan yang dipekerjakan di tempat wisata tersebut. Namun saat ini, pengelola hanya mampu mempekerjakan 15 orang untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa.

"Dalam kondisi seperti ini benar-benar membuat kami berpikir dan bekerja keras untuk bertahan, padahal selama situasi normal kami tidak pernah mengeluh mengenai biaya operasional untuk satwa," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait