Review 'The East', Teror Westerling dari Kacamata Serdadu Belanda

Jakarta - Setiap bulan Agustus kita akan merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Film-film bertema perang atau seputar suasana menjelang kemerdekaan pun akan senantiasa diputar di televisi.
Nah, ada satu tontonan menarik untuk Urbanreaders saksikan yaitu 'De Oost' atau yang dalam bahasa Inggrisnya berjudul 'The East', yang rilis tahun 2020.
Secara garis besar, film ini menggambarkan kisah serdadu Belanda yang ingin 'mendamaikan' Indonesia setelah diduduki oleh Jepang.
Baca Juga : Daftar Tayangan Baru di Netflix di Bulan Agustus
Pasca kemerdekaan, suasana Indonesia kacau balau. Maka dari itu, didatangkanlah rombongan pasukan Belanda untuk menertibkan Indonesia. Salah satu tentara dari pasukan Belanda yang didatangkan bernama Johan de Vries.
Lewat 'The East', penonton akan diajak melihat Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan, dari kacamata Johan yang merupakan serdadu Belanda.
Sulawesi Selatan menjadi kuburan puluhan ribu warga sipil yang jadi korban kekejaman serdadu Belanda di bawah pimpinan Kapten Raymond Pierre Paul Westerling.
Johan yang menjadi anggota pasukan KNIL di bawah pimpinan Westerling harus menghadapi pergolakan batin karena melihat realita yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
Baca Juga : Dampak Pandemi, Insan Film Surati Jokowi: Kami Butuh Bantuan
Film berdurasi 2 jam 19 menit ini alurnya lambat di bagian awal sehingga terkesan membosankan. Baru di 40 menit terakhir konflik menuju aksi pembantaian Westerling dibangun.
Namun lambatnya alur cerita menunjukkan kalau sang sutradara, Jim Taihuttu, memang ingin memperlihatkan sudut pandang Johan, yang seperti pendatang pada umumnya butuh waktu untuk beradaptasi di negara yang baru ia datangi.
Penonton akan dibawa melihat pemikiran Johan, dan tentara Belanda lainnya, akan Indonesia dan rakyatnya. Yang tentu saja memancarkan pandangan bahwa orang Indonesia lebih rendah dari orang Belanda.
Baca Juga : Awas! Film dan Serial Populer Disusupi Malware
Kalau di awal konflik batin yang dirasakan oleh Johan adalah masa lalunya yang keturunan orang Belanda pro Nazi. Menjelang akhir cerita mulai terlihat konflik batinnya melihat aksi Westerling dan keinginannya untuk mendamaikan negeri yang kacau.
Dan konflik batin itu terbawa hingga saat dirinya kembali ke Belanda dan tidak lagi menjalani tugas sebagai tentara. Jadi di beberapa adegan akan terlihat Johan di Sulawesi Selatan dan di adegan lain akan ada Johan yang di Belanda.
Buat yang mencari kisah heroik seperti pertempuran antara pejuang Indonesia dan tentara Belanda yang melibatkan senjata dan bambu runcing, kalian tidak akan menemukannya di film ini.
Hanya ada beberapa adegan yang seolah menunjukkan perjuangan orang Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan bangsanya. Karena seperti tujuannya, film ini adalah penggambaran situasi saat itu dari kacamata Johan.
Baca Juga : Sambut HUT Ke-76 RI, Netflix Bakal Tayangkan Film Asli Indonesia
Filmnya dibintangi oleh aktor Belanda juga Indonesia, yakni Martijn Lakemeier, Denise Aznam, Marwan Kenzari, dan Lukman Sardi.
Ada fakta menarik soal film 'The East'. Film ini menjadi kontroversi di Belanda. Pasalnya beberapa orang di sana, termasuk putri Westerling dan keturunan tentara KNIL, melihat ini adalah film propaganda anti-Belanda.
Film ini sampai digugat ke pengadilan karena dianggap memalsukan sejarah. Namun pihak pengadilan memutuskan kalau film karya personel Yellow Claw itu tidak bersalah.
Skor dari Urbanasia untuk film 'The East' adalah 8 dari 10. Buat Urbanreaders yang penasaran sama filmnya, kalian bisa menyaksikannya di Mola TV mulai Sabtu, 7 Agustus 2021.