URstyle

Filosofi Kolak Sebagai Makanan Berbuka Puasa

Itha Prabandhani, Kamis, 7 Mei 2020 10.20 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Filosofi Kolak Sebagai Makanan Berbuka Puasa
Image: Kolak (sumber: @eatandjournal)

Jakarta - Selain kurma, kolak pisang adalah makanan yang identik banget dengan bulan puasa. Kebiasaan ini bukannya tanpa alasan, guys. Ternyata, makanan manis dan menyegarkan ini punya filosofi di baliknya, sehingga tak pernah terlewatkan sebagai takjil.

Menurut ahli sejarah, kolak digunakan sebagai salah satu sarana menyebarkan agama Islam loh, guys. Seperti diketahui, para ulama pada masa itu menggunakan beragam cara yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat, untuk mengenalkan agama baru di tanah air.

Melalui akulturasi budaya setempat, terutama awalnya di tanah Jawa, kolak menjadi salah satu media untuk melesapkan nilai-nilai agama ke dalam budaya masyarakat.

Pada awalnya, masyarakat Jawa punya kebiasaan membuat kolak pada bulan Ruwah, yaitu bulan sebelum Ramadan pada penanggalan Jawa. Namun, kemudian kebiasaan membuat kolak dilanjutkan hingga bulan puasa.

Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kolak juga tak dipilih secara sembarangan, guys. Setiap unsur di dalamnya mengandung makna yang berbeda-beda.

Asal Kata Kolak

Kata kolak, konon berasal dari kata “Kholaqo” atau “Khalik”, yang berarti “mencipta”. Sehingga, kolak menjadi perwujudan sikap mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Ada pula yang mengisahkan bahwa kolak berasal dari kata “Khala” yang berarti “kosong”. Hal ini lalu dimaknai sebagai kekosongan diri dari dosa.

Pisang Kepok Berarti Jera Berbuat Dosa

1588816930-dr.meity-elvina-20200506-215129-0.jpg

Pisang yang digunakan dalam kolak biasanya adalah jenis pisang kepok. Kata kepok dekat dengan kata “kapok” atau jera. Maknanya, supaya kita jera atau kapok berbuat dosa dan bertobat.

Ubi Jalar Berarti Mengubur Kesalahan

1588816965-ubi-jalar-(1).jpg

Selain pisang, di dalam kolak juga ada ubi jalar atau dalam bahasa Jawanya “telo pendhem”. Kata “pendhem” dalam bahasa Jawa berarti memendam atau mengubur. Dengan demikian, kita diharapkan bisa mengubur kesalahan-kesalahan dan tidak mengulanginya lagi.

Santan Berarti Minta Maaf

1588816949-santan.jpg

Santan adalah bagian yang menyatukan kolak sebagai satu makanan utuh. Dalam bahasa Jawa, santan diucapkan sebagai “santen” yang dekat dengan kata “pangapunten” atau permohonan maaf. Sehingga, makna yang terkandung di dalamnya adalah permintaan maaf atas segala kekhilafan kita.

Dengan begitu, menyantap kolak adalah perwujudan sikap mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, dengan mengakui segala kesalahan, memohon ampunan, bertobat, dan tidak mengulangi lagi kekhilafan kita.

Wah, ternyata dari sajian kolak yang nikmat, makna filosofisnya begitu dalam ya, guys!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait