URtrending

Gempa Sukabumi Jadi Gempabumi Paling Kuat di Daratan Jawa Barat

Anita F. Nasution, Rabu, 11 Maret 2020 06.06 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Gempa Sukabumi Jadi Gempabumi Paling Kuat di Daratan Jawa Barat
Image: Ilustrasi gempa bumi. (Pixabay)

Sukabumi - Gempabumi  yang terjadi di Sukabumi pada Selasa petang 10 Maret 2020 pukul 17.18.04 WIB ternyata menjadi gempa dengan magnitudo paling kuat yang bersumber dari sesar aktif di daratan Jawa Barat sejak 19 tahun terakhir.

Berdasarkan catatan katalog gempa, tampak bahwa gempa kuat dengan pusat di darat terakhir yang terjadi di Jawa Barat berkekuatan M=5,1 terjadi di Ciamis-Kuningan pada 13 Januari 2001.

Bahkan berdasarkan data dari BPBD Provinsi Jawa Barat lewat rilis yang disampaikan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG
Rahmat Triyono, lebih dari 50 rumah di Sukabumi yang mengalami kerusakan berat hingga ringan.

Berdasarkan catatan sejarah gempa di wilayah ini menunjukkan bahwa pada tahun 1900 di wilayah Cisaat dan Gandasoli Sukabumi juga pernah dilanda gempa kuat dan merusak.

Saat itu selain merusak pemukiman, gempabumi ini juga merusak Stasiun Cisaat dan Gandasoli Sukabumi. Selanjutnya

Kemudian di wilayah ini gempabumi kembali terjadi pada tahun 1982 dimana gempa yang terjadi adalah gempa kuat dan merusak.

Gempa yang terjadi pada tahun 1982 tersebut pun dikenal dengan nama Gempa Gandasoli.

Dari gempabumi yang terjadi pada Selasa kemarin di Sukabumi, ada beberapa pembeljaran yang dapat diambil.

Pertama, masih banyak ditemukan sebaran sesar aktif di wilayah Indonesia yang belum teridentifikasi dan terpetakan secara terstruktur.

Pemetaan serta identifikasi sesar aktif merupakan hal yang penting untuk menjadi bahan kajian mitigasi dan perencanaan wilayah.

Kedua, perlunya mewujudkan pembangunan bangunan tahan gempa. Dengan membuat bangunan rumah tembok asal bangun tanpa besi tulangan atau dengan besi tulangan malah akan menjadikan penghuni rumah menjadi korban jika dibangun tidak sesuai dengan standar.

"Ini penting karena banyaknya korban sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi timbul korban akibat bangunan roboh dan menimpa penghuninya." Tulis Rahmat Triyono pada 11 Maret 2020. 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait