URguide

Awas, Pikiran Negatif Bisa Menyebabkan Stres hingga Demensia

Alfian Muntahanatul Ulya, Selasa, 20 Desember 2022 13.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Awas, Pikiran Negatif Bisa Menyebabkan Stres hingga Demensia
Image: Ilustrasi perempuan yang depresi. (Freepik/Drazen Zigic)

Jakarta - Semakin ke sini, tampaknya koneksi antara pikiran dengan tubuh adalah hal yang sudah familiar di telinga banyak orang. 

Misalnya, stres bisa menimbulkan gejala fisik seperti sakit perut, atau depresi sering kali juga menyakitkan secara fisik.

Tapi semakin banyak penelitian menunjukkan emosi dan pikiran negatif mungkin juga punya kaitan dengan masalah kesehatan serius lainnya, seperti penyakit jantung.

"Banyak emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, dan frustrasi menjadi masalah ketika emosi tersebut berubah menjadi disposisi yang lebih permanen atau kebiasaan memandang dunia," jelas direktur sains dari Greater Good Science Center, Emiliana Simon-Thomas, melansir Health.com, Selasa (20/12/2022).

Ambil contoh sinisme, ada sebuah studi di tahun 2014 yang terbit dalam jurnal Neurologi membahas tentang korelasi sinisme dengan risiko demensia.

Hasilnya membuat risiko demensia jadi lebih besar, bahkan setelah memperhitungkan faktor risiko lain, seperti usia, jenis kelamin, penanda kesehatan jantung tertentu, status merokok, dan lainnya.

Bentuk dari negative thinking lain yang dikaitkan dengan hasil kesehatan yang buruk adalah permusuhan. 

Menurut sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Stroke, orang yang mendapat skor lebih tinggi pada ukuran ketidakramahan, serta mereka yang mengalami stres kronis dan gejala depresi, cenderung punya risiko terkena stroke lebih tinggi.

Terakhir, ada depresi, yang merupakan diagnosis serius yang bisa berdampak jauh melebihi perasaan sedih atau kehilangan nafsu makan. Ini terkait dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan serangan jantung.

Simon-Thomas juga menuturkan, pikiran dan emosi kita memiliki efek luas pada proses tubuh, seperti metabolisme, pelepasan hormon, dan fungsi kekebalan tubuh.

Satu teori mengatakan, ketika kamu stres atau depresi, kadar kortisol meningkat, membuat sistem kekebalan tubuh kurang mampu mengendalikan peradangan, yang seiring waktu bisa menyebabkan penyakit.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait