URtrending

Imbas Lockdown, Ribuan Buruh Migran India Jalan Kaki Ratusan Kilometer untuk Mudik

Itha Prabandhani, Selasa, 31 Maret 2020 09.12 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Imbas Lockdown, Ribuan Buruh Migran India Jalan Kaki Ratusan Kilometer untuk Mudik
Image: Reuters

Jakarta - Ribuan buruh migran terlihat berjalan kaki menyusuri jalan-jalan utama kota besar di India. Fenomena ini terjadi menyusul diberlakukannya lockdown di semua negara bagian dan wilayah di India, sejak tanggal 24 Maret lalu.

Seperti diketahui, Perdana Menteri India Narendra Modi memerintahkan lockdown di seluruh wilayah di India, sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Kebijakan ini berujung pada penutupan sebagian besar pabrik, usaha industri, pembatasan transportasi umum, dan berhentinya seluruh kegiatan perkantoran.

Alhasil, para pekerja yang merantau ke kota lain untuk mengadu nasib, harus kehilangan pekerjaan dan nafkahnya.  

Satyavan, seorang tukang kayu asal Budaun, terpaksa membawa istrinya, Usha, dan dua anak balitanya untuk pulang kampung. Dengan berbekal sedikit uang, Satyavan dan keluarganya berjalan kaki dari Noida, kota di mana ia bekerja. Padahal, untuk sampai di kota asalnya, mereka perlu berjalan kaki sejauh sekitar 150 kilometer. 

“Pemilik kontrakan menyuruh kami pergi. Kami harus membayar sewa penuh. Tapi, bagaimana bisa? Sebulan ke depan tidak akan ada pekerjaan,” ungkap Satyavan.

“Kami tidak punya makanan. Kami lapar. Apa yang bisa kami lakukan di sini?” lanjut Usha, seperti dikutip the Quint.

Cerita serupa juga disampaikan sekelompok pemuda asal Jaunpur dan Azamgarh. Mereka bahkan harus berjalan kaki sejauh 700 kilometer. Mereka memperkirakan akan perlu sekitar 10 hari untuk sampai di kota asalnya.

“Kami sudah coba menunggu di Noida. Tapi, harga bahan-bahan makanan kian mahal dan tidak ada lagi yang bisa dimakan,” ucap Manoj, seorang pemuda asal Azamgarh.

Sementara itu, Mohammed Mujeeb, seorang buruh pabrik garmen mengatakan, sesudah lockdown, banyak masalah bermunculan. Tidak ada lagi pekerjaan dan tidak bisa makan, sehingga tidak ada pilihan lain selain pulang kampung.

Mujeeb berharap, pemerintah bisa memberlakukan kembali operasional kendaraan umum, sehingga ia dan orang-orang lain yang senasib, bisa kembali ke kota asalnya dengan lebih mudah. Saat ini, para pemudik hanya bisa berharap bertemu orang yang akan memberi mereka tumpangan.

Melihat fenomena ini, sejumlah relawan dan pekerja sosial turun tangan ikut membantu memberikan makanan kecil dan minuman kepada mereka. Meskipun aparat pemerintah dan kepolisian mengatakan akan membantu mengantarkan pulang para buruh migran ini, jumlah mereka yang terlalu banyak tidak dapat dipenuhi oleh fasilitas pemerintah yang ada.

Terkait kekacauan yang muncul akibat kebijakan lockdown, Perdana Menteri Modi sudah menyampaikan permintaan maafnya kepada seluruh masyarakat. Namun demikian, pemerintah mengaku tidak punya pilihan lain dan meminta warga untuk mengerti situasi ini.

“Saya mengerti bahwa sebagian dari Anda sekalian akan marah terhadap saya. Namun, langkah sulit ini perlu dilakukan untuk memenangi pertempuran ini,” ungkap Modi, seperti dikutip Aljazeera.

Sebagai tindak lanjut dari pemberlakuan lockdown ini, pemerintah India memberikan suntikan dana sebesar kira-kira Rp 360 triliun dalam bentuk bantuan pangan dan bantuan langsung tunai.

Bantuan pangan yang diberikan antara lain 5 kilogram gandum atau 5 kilogram beras per kepala, setiap bulannya. Selain itu, bantuan prasarana seperti tabung gas, juga akan diberikan.

Bantuan uang tunai akan diberikan kepada 30 juta warga lanjut usia, sebesar Rp 213,000 per orang, dan kepada 200 juta wanita miskin, sebesar Rp 106,000 per orang. Bantuan langsung tunai ini akan diberikan selama 3 bulan ke depan.

Saat ini pemerintah India memberlakukan kebijakan lockdown selama 21 hari, hingga 14 April mendatang. Namun demikian, tersiar kabar bahwa kemungkinan kebijakan lockdown ini akan diperpanjang.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait