URstyle

Imunoterapi Tingkatkan Harapan Pasien Kanker Payudara Triple Negatif

Priscilla Waworuntu, Selasa, 25 Oktober 2022 15.29 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Imunoterapi Tingkatkan Harapan Pasien Kanker Payudara Triple Negatif
Image: Webinar Yayasan Kanker Indonesia dan MDI Indonesia, Selasa (25/10/2022). (Istimewa)

Jakarta - Kanker payudara menjadi salah satu penyakit ganas yang kasusnya cukup banyak di Indonesia. Laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020 mencatat, jumlah kasus baru kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia mencapai lebih dari 102 ribu kasus dengan lebih dari 43 ribu kematian.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dr. Aru Wisaksono Sudoyo, mengatakan hal ini perlu ditanggapi serius. Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang faktor, risiko, dan cara mencegah kanker. Selain itu, edukasi tentang terapi sistemik yang bisa dipraktikkan untuk menangani pasien kanker juga perlu digencarkan.

Dalam webinar 'Imunoterapi Menjadi Harapan Baru Melawan Dua Kanker Ganas Tertinggi Pada Perempuan di Indonesia' yang diselenggarakan YKI bekerja sama dengan MSD Indonesia pada Selasa (25/10/2022), dokter spesialis penyakit dalam dr. Noorwati Sutandyo, menjelaskan bahwa kanker payudara punya sub-tipe, salah satunya payudara triple negatif (TNBC).

Sebenarnya tanda dari kanker payudara TNBC hampir sama dengan kanker payudara biasa. Yaitu adanya pembengkakan puting, benjolan di bawah lengan atau di tulang selangka, lesung pada kulit, cairan keluar dari puting, puting masuk ke dalam, serta perubahan kulit pada payudara atau puting, termasuk kemerahan, kekeringan, penebalan atau pengelupasan.

“Tanda-tandanya dapat muncul sebagai benjolan yang lebih sering keras di payudara, tidak nyeri dan tidak teratur, tetapi juga bisa lunak, bulat dan menyakitkan," ucap dr. Noorwati dikutip Urbanasia, Selasa (25/10/2022).

Diagnosis kanker payudara TNBC dilakukan dengan teknik Mammografi untuk mengambil gambar payudara, dan dengan MRI (magnetic resonance imaging) untuk membuat gambar detail payudara dengan resolusi yang jauh lebih besar. Setelah dilakukan diagnosis, selanjutnya adalah biopsi untuk mengambil sampel sel yang mencurigakan dari payudara untuk dianalisis.

Secara historis, pengobatan untuk penyakit kanker payudara TNBC ini sebenarnya masih terbatas, padahal 15-20 persen penderita kanker payudara di dunia menderita sub-tipe ini. Prosedur pengobatan yang sejauh ini bisa dilakukan adalah operasi, kemoterapi, dan radiasi. Namun dr. Noorwati mengatakan bahwa imunoterapi juga bisa menjadin pilihan untuk melawan kanker jenis ini.

“TNBC memiliki kemungkinan tinggi kekambuhan penyakit dan perkembangan penyakit yang cepat meskipun dilakukan pengobatan sistemik yang memadai, dan imunoterapi merupakan pilihan baru dalam penanganan penyakit TNBC yang ganas ini, sebab imunoterapi dapat menahan perkembangan kanker dan kelangsungan hidup pasien, sehingga memberikan harapan baru bagi pasien," ucapnya.

Selain kanker payudara, kanker serviks juga menghantui para wanita, terkhusus di Indonesia. Kanker serviks paling sering didiagnosis pada wanita berusia antara 35 dan 44 tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun. dr. Nadia Ayu Mulansari menjelaskan bahwa kanker ini disebabkan oleh infeksi jenis human papillomavirus (HPV) risiko tinggi tertentu.

Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi maupun imunoterapi.

“Imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola,” ujar dr. Nadia.
 
Kabar baiknya, sejak tahun 2022, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia di Indonesia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait