Indonesia-Swedia Optimis Perkuat Kerja Sama Ekonomi Berbagai Sektor

Jakarta - Siapa yang nggak tahu H&M dan Ikea? Dua brand asal Swedia ini ngetop banget di kalangan milenial dan Gen Z di seluruh dunia. Nggak terkecuali di Indonesia. Namun ternyata hubungan Indonesia dengan Swedia nggak cuma tentang dua brand itu loh, guys.
Negara kita sudah bekerja sama dengan Swedia selama 70 tahun. Nah, jelang akhir Oktober, kemitraan itu diperkuat lewat Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) yang fokus pada pembangunan berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu, ada empat sektor lain yang juga jadi titik berat SISP ini yaitu transportasi cerdas, energi terbarukan, ekonomi biru, dan industri 4.0.
"Berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, Swedia punya banyak hal yang bisa dibagi dengan Indonesia," ujar Marina Berg, Duta Besar Swedia untuk Indonesia dalam sebuah sesi virtual bersama media, Kamis (2/12/2021).
"Dan sekarang kita bergerak menuju pemulihan setelah pandemi COVID-19. Kita punya kesempatan dan tanggung jawab untuk memastikan pemulihan tersebut ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata Marina lagi.
Pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan yang jadi perhatian Swedia termasuk soal penggunaan renewable energy alias energi terbarukan. Mengingat Indonesia lebih akrab dengan energi fosil seperti minyak dan gas untuk bahan bakar, maka Swedia berharap bisa membantu Indonesia melakukan transisi untuk beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan. Bagaimana caranya?
"Pertama, menyediakan keuangan dan inovasi teknologi," Marina menjawab pertanyaan Urbanasia. "Dan tentu meningkatkan tindakan-tindakan yang memastikan kita semua akan lepas dari energi fosil di masa depan. Memang mahal, tapi 'harganya' akan lebih mahal lagi di masa depan jika kita nggak beralih dari energi fosil," kata Marina.
"Lebih ramah lingkungan berarti lebih banyak keuntungan. Hal ini juga memungkinkan buat Indonesia, saya bisa janjikan itu. Swedia akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memenuhi target energi dan iklim sesuai dengan Agenda 2030 dan Paris Agreement," sambungnya.
Marina optimis kerja sama yang sudah berjalan 70 tahun akan makin kuat lagi setelah parlemen Swedia memilih Magdalena Andersson sebagai perdana menteri perempuan pertamanya Senin (29/11/2021) lalu. Menurut Marina, perdana menteri baru Swedia ini mengenal Indonesia dengan cukup baik karena pernah kerja bareng menteri keuangan kita, Sri Mulyani Indrawati, saat keduanya bertugas di International Monetary Fund (IMF).
"Kerja sama kita sudah kuat banget, namun pasti selalu ada ruang untuk lebih baik," lanjut Marina kepada Urbanasia. "Perdana Menteri Magdalena Andersson adalah mantan menteri keuangan Swedia yang sudah punya hubungan erat dengan Indonesia. Pernah bertugas di komite International Monetary Fund dan koalisi menteri untuk aksi perubahan iklim bareng Menteri Keuangan Sri Mulyani. Perdana Menteri baru kami sudah mengenal Indonesia dengan baik." Marina menjelaskan.
Lalu untuk kemitraan di bidang industri, perusahaan Swedia mana lagi yang bakal masuk ke Indonesia selain H&M dan Ikea?
"Sekarang di Indonesia sudah ada lebih dari 80 perusahaan dari Swedia. Mereka melihat Indonesia sebagai pasar yang menarik karena terus berkembang," imbuh Marina.
"Indonesia pasar yang penting. Nggak hanya untuk investasi, tapi juga untuk berbuat kebaikan seperti berbagi keahlian dan pengalaman yang menguntungkan kedua negara. Kita memahami ambisi pemerintah Indonesia untuk cepat pulih dari pandemi. Dan solusi dari Swedia cukup menarik, yaitu free trade (perdagangan bebas), bukan limitation (terbatas)," jelasnya.
"Akan jadi lebih baik buat kita semua jika kita membuka batasan untuk bekerja sama. Perusahaan Swedia adalah duta besar terbaik Swedia karena sudah berkontribusi menyediakan solusi berkelanjutan yang baik untuk semua orang dan baik untuk masa depan. Lewat investasi mereka membantu pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan berbagi pengetahuan," pungkas Marina.