URnews

Jadi Negosiator Perdamaian Rusia-Ukraina, Roman Abramovich Diduga Diracun

Rizqi Rajendra, Selasa, 29 Maret 2022 09.35 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jadi Negosiator Perdamaian Rusia-Ukraina, Roman Abramovich Diduga Diracun
Image: Roman Abramovich resmi putuskan menjual Chelsea. (Instagram @_roman_abramovich_)

Jakarta - Miliarder Rusia pemilik klub sepakbola Chelsea, Roman Abramovich dan dua negosiator Ukraina lainnya mengalami gejala yang diduga akibat keracunan.

Berdasarkan laporan Wall Street Journal dan tim jurnalis investigasi Bellingcat, Abramovich diduga diracun usai mengikuti rapat mengenai perundingan damai Rusia-Ukraina di Kiev pada awal Maret lalu.

Abramovich menunjukkan gejala berupa kulit wajah dan tangan mengelupas, mata merah yang terasa menyakitkan, serta inflamasi kulit yang menyakitkan.

Kasus dugaan keracunan ini diselidiki oleh tim ahli forensik dari Jerman. Hipotesis investigator menyebut gejala yang dialami Abramovich dan dua korban lain bisa disebabkan oleh senjata kimia, biologis, atau serangan radiasi elektromagnetik.

Beruntungnya, nyawa Abramovic dan dua negosiator lainnya masih bisa diselamatkan dan kondisi mereka kini berangsur-angsur membaik.

Meski banyaknya spekulasi dan teori konspirasi mengenai dugaan keracunan Abramovich tersebut, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyarankan para negosiator untuk tidak makan, minum, atau menyentuh permukaan selama proses perundingan.

"Saya menyarankan siapa pun yang akan bernegosiasi dengan Rusia untuk tidak makan atau minum apa pun, dan sebaiknya menghindari menyentuh permukaan," kata Dmytro Kuleba seperti dikutip Reuters, Selasa, (29/3/22).

Masih belum jelas mengenai siapa dalang di balik insiden keracunan ini, namun sebuah teori menyebut kelompok garis keras Rusia yang tidak ingin adanya perdamaian menjadi dalang dari aksi tersebut.

Mengutip para ahli, Bellingcat mengatakan dosis dan jenis racun yang digunakan tidak cukup untuk mengancam jiwa, dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban dibanding menyebabkan kerusakan permanen.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait