URstyle

Jatim Park Group Keluhkan Ancaman Bangkrut Jika Pandemi COVID-19 Memburuk

Shelly Lisdya, Sabtu, 7 Agustus 2021 09.10 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jatim Park Group Keluhkan Ancaman Bangkrut Jika Pandemi COVID-19 Memburuk
Image: Jatim Park 1 (Foto: Instagram @jatimparksatu)

Malang - Manajemen Jatim Park (JTP) Group terancam bangkrut dan akan menutup sejumlah obyek wisata, apabila kondisi pandemi COVID-19 terus memburuk.

JTP Group yang berada di Kota Batu, Jawa Timur itu membawahi delapan destinasi atau wilayah dengan 15 obyek wisata. Mengelola obyek wisata sebanyak itu, setiap bulan manajemen membutuhkan miliaran rupiah untuk biaya operasional.

Sedangkan selama pandemi COVID-19 melanda dunia, seluruh destinasi wisata ditutup sementara. Bahkan selama masa pemberlakuan PPKM, penutupan JTP Group sangat berdampak, terutama apabila pengunjung sangat sepi.

Baca Juga : Gandeng UMM, JTP Group Bakal Dirikan Jatim Park 4

Humas JTP Group, Titik S Ariyanto kepada Urbanasia menyampaikan, jika pihaknya bisa mengeluarkan uang sekitar Rp 4,7 miliar setiap bulan untuk biaya operasional.

"Itu setiap bulan kami keluarkan sekitar Rp 2 sampai 4 miliar, sebelum pandemi ya nggak kerasa. Tapi sejak pandemi 1,5 tahun ini sangat berat. Kalau masih buruk, bisa-bisa kami terancam bangkrut," katanya melalui sambungan telepon pada Jumat (6/8/2021) malam.

Titik menjelaskan, biaya operasional tersebut meliputi perawatan wahana di destinasi wisata, memberi makan satwa hingga memberi gaji karyawan. Untuk pakan satwa sendiri, disebutkan Titik bisa mencapai ratusan juta setiap bulannya.

"Sekitar Rp 500 juta untuk memberi makan satwa, apalagi belum lama ini ada enam spesies yang melahirkan. Sudah terlihat berapa biayanya," ungkapnya.

Baca Juga : Coffee Beer, Bir Asli Jombang Jawa Timur yang Melegenda

Biaya operasional lainnya adalah memberi upah kepada karyawan, Titik mengatakan, selama pandemi ini hanya tersisa sekitar 1.700 orang dengan gaji 50 persen. 

"Gaji dari kami kan sekitar UMK Kota Batu lebih sedikit (di angka Rp 3 juta) dikali 1.700 orang, ketemu berapa? Sekitar Rp 2 miliar kan? Ini belum yang lainnya," terangnya.

Bahkan, pihaknya pun sampai merumahkan atau PHK karyawan harian. Sedangkan pekerja dengan sistem kontrak, masa kerjanya tidak lagi diperpanjang lantaran kekurangan biaya untuk memberi upah.

Baca Juga : Milenial Merasa Bangkrut Tinggal Bersama Orangtua

"Ya mau gimana lagi, buat menggaji mereka apa? Meskipun dibuka selama pandemi, itu juga jauh dari harapan. Masih jauh, Museun Angkut misalnya yang jadi destinasi wisata favorit pengunjungnya menurun karena dibatasi," ungkapnya.

Ia pun tak banyak berharap hanya menginginkan pandemi ini segera berakhir. Dan menyinggung adanya sedikit bantuan baik dari pemerintah maupun donatur. 

"Nggak berharap juga, tetapi ada pemerintah daerah lain yang memberikan insentif untuk makan satwa. Kalau ada uluran tangan ya kami terima. Karena yang berat itu biaya operasional, kalau nggak memenuhi ya terancam bangkrut. Apalagi selama PPKM periode Juli-Agustus ini sudah dua kali penutupan, pengunjung sama sekali nggak ada," tandasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait