URtrending

Jenazah Pasien COVID-19 Bisa Tularkan Virus? Ini Jawaban Pakar

Nunung Nasikhah, Sabtu, 4 April 2020 18.45 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jenazah Pasien COVID-19 Bisa Tularkan Virus? Ini Jawaban Pakar
Image: Pemakaman jenazah pasien COVID-19. (Ilustrasi/ANTARA)

Malang – Penolakan jenazah pasien positif coronavirus disease (COVID-19) di beberapa wilayah di Indonesia menyisakan keprihatinan tersendiri.

Bahkan, kasus penolakan yang terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah belakangan ini juga ramai jadi perbincangan saat Bupatinya, Achmad Husein turut serta membongkar makam keesokan harinya. Husein memutuskan untuk memindahkan jenazah pasien positif setelah warga sekitar menolak secara keras pemakaman tersebut.

Menurut informasi, banyak masyarakat yang khawatir bahwa virus corona akan mampu bertransmisi atau tertular melalui jenazah pasien COVID-19 yang bahkan telah dikubur dalam tanah. Namun, apakah benar demikian?

Pakar virus yang sekaligus juga dokter dari Universitas Brawijaya Malang, dr. Andrew William Tulle, M.Sc. mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan adanya bukti terjadi transmisi virus sebab penanganan jenazah.

“Tapi karena virus ini bisa bertahan lama di permukaan benda, jadi tetap perlu berhati-hati. Kalau menangani jenazah COVID-19 perlu APD (Alat Pelindung Diri) lengkap, karena ada kemungkinan kontak dengan cairan tubuh juga,” kata Andrew kepada Urbanasia, Jumat (3/4/2020).

“Tapi tentunya virusnya tidak bisa langsung “loncat” ke orang-orang di sekitar jenazah,” tegasnya.

Andrew juga menegaskan bahwa jika jenazah telah tertimbun tanah, maka sudah tidak bisa lagi terjadi transmisi virus.

“Untuk berapa lama di jenazah, belum ada penelitiannya. Kalau diasumsikan sama dengan permukaan benda mati, mohon maaf tanpa ada maksud merendahkan jenazah, hanya analogi saja, menurut penelitian sampai 72 jam masih ada virusnya dengan jumlah yang sudah berkurang banyak. Tapi penelitian yang pasti (pada jenazah) belum ada,” papar Andrew.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sebuah video yang ia posting di media sosial instagram pada Jumat (3/4/2020) menampilkan penjelasan dari seorang Dokter Ahli Forensik tentang tata cara pengurusan jenazah.

“Dokter pertanyaan warga yang bikin takut mungkin karena nggak ngerti, ‘Pak itu kalau dikuburkan di dekat rumah saya kan merembes nanti terus kemudian virusnya itu jalan-jalan sampai rumah saya. Hanyut di sungai sampai rumahku’. Apakah virus bisa jalan-jalan?” tanya Ganjar pada dokter yang tak disebutkan namanya tersebut.

Dokter tersebut kemudian menjelaskan bahwa jenazah pasien positif COVID-19 telah diamankan menggunakan cairan klorin. Artinya, jenazah tersebut tetap aman kondisinya untuk petugas.

“Untuk memandikan sekaligus mewudukan itu dengan air biasa. Setelah itu kita ulangi klorin lagi dan kita mulai yang pertama dulu dibalut dengan bahan kedap air, plastik yang paling mudah kemudian setelah itu sebetulnya jenazah ini sudah dalam kondisi aman artinya tidak bisa keluar-keluar lagi baik cairan maupun sesuatu yang ada atau materi pada tubuhnya,” jelas dokter tersebut.

Setelah proses tersebut, jenazah kemudian diberi kain kafan, jika muslim. Sementara untuk non muslim di beri pakaian sesuai kepercayaan masing-masing.

“Itu untuk yang kedua lapis kedua. Setelah itu, kita siram lagi dengan klorin, kita diamkan dulu sampai betul-betul dia rata, kita lapisi plastik lagi lalu kita klorin lagi. Nah setelah itu ini siap untuk kita pindah ke peti jenazah,” imbuhnya.

Dokter tersebut juga menjelaskan bahwa virus corona ini sebetulnya tidak lebih kuat dari pada bakteri atau virus lain semacam anthrax yang bisa bertahan di tanah hingga 10 tahun.

“Ini virus nggak kuat jadi begitu dia dikuburkan dia akan mati,” pungkasnya.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait