URnews

Jurnalis Al Jazeera Ditembak Mati Israel

Rizqi Rajendra, Rabu, 11 Mei 2022 13.56 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jurnalis Al Jazeera Ditembak Mati Israel
Image: Shireen Abu Akleh (Twitter @globalfreemedia)

Jakarta - Jurnalis Al Jazeera asal Palestina, Shireen Abu Akleh ditembak mati oleh tentara Israel saat meliput serangan Israel di Kota Jenin, Tepi Barat, Palestina pada Rabu, (11/5/2022).

Shireen terkena peluru tajam dan langsung dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Namun sayangnya, nyawa Shireen tak tertolong sehingga ia dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit.

Jurnalis Al Jazeera lainnya, Nida Ibrahim mengatakan bahwa keadaan kematian Shireen tidak jelas, tetapi dari video insiden tersebut menunjukkan bahwa Shireen ditembak di bagian kepala.

"Apa yang kita ketahui sekarang adalah bahwa Otoritas Kesehatan Palestina telah mengumumkan kematiannya. Shireen Abu Akleh, sedang meliput peristiwa yang terjadi di Jenin, khususnya serangan Israel di kota itu, ketika dia terkena peluru di kepalanya," kata Nida Ibrahim dikutip dari Al Jazeera, Rabu, (11/5/2022).

"Seperti yang dapat Anda bayangkan, ini sangat mengejutkan untuk para rekan jurnalis yang telah bekerja dengannya," lanjutnya.

Berbicara sambil menangis, Nida mengatakan bahwa Shireen adalah wartawan yang sangat dihormati, yang telah bekerja untuk Al Jazeera sejak awal Intifada Palestina kedua pada tahun 2000.

Saat kejadian, Shireen sedang bertugas dan mengenakan rompi pers. Hal ini bisa menjadi kejahatan, karena jurnalis merupakan profesi yang dilindungi saat perang.

"Pasukan pendudukan Israel membunuh jurnalis tercinta kami Shireen Abu Akleh saat meliput kebrutalan mereka di Jenin pagi ini. Shireen adalah jurnalis Palestina paling terkemuka dan teman dekat saya," tulis Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot melalui akun Twitternya @hzomlot.

"Shireen adalah jurnalis pemberani, baik hati, dan berintegritas tinggi yang saya dan jutaan orang Palestina jadikan panutan," tulis Fadi Quran, seorang aktivis di kelompok kampanye, Avaaz.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait