URstyle

Kasus COVID-19 Naik, Kemenkes dan BPOM Ajak Konsumsi Obat Herbal

Kintan Lestari, Jumat, 25 Juni 2021 13.16 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kasus COVID-19 Naik, Kemenkes dan BPOM Ajak Konsumsi Obat Herbal
Image: Ilustrasi obat herbal. (Freepik/dashu83)

Jakarta - Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir mendapat perhatian dari berbagai pihak. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, jumlah penderita COVID-19 bertambah 20.574 orang pada 24 Juni 2021 menjadi total 2,05 juta pasien. Sementara yang sembuh ada 1,82 juta orang dan meninggal dunia sebanyak 55.949 jiwa.

Tidak heran jika pemerintah kembali memperketat aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai 22 Juni sampai 5 Juli 2021. Anjuran 3M pun kembali digaungkan, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau warga untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan mempermudah dan menambah kegiatan vaksinasi, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga serta meminum suplemen atau obat-obatan yang dapat mempertebal daya tahan tubuh terhadap serangan virus atau biasa disebut imunomodulator.

Arianti Anaya, Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes menuturkan, di tengah meningkatnya kasus COVID-19 semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya mengonsumsi imunomodulator yang diproduksi dari tanaman-tanaman obat asli Indonesia.

"Kalau pandemi ini berkepanjangan, tentu akan lebih bagus mengonsumsi obat herbal yang bahan bakunya dari dalam negeri. Semakin banyak obat modern asli Indonesia (OMAI) jenis fitofarmaka dicari masyarakat, maka suatu saat nanti kita tidak akan lagi bergantung pada obat-obatan berbahan baku impor," ujar Arianti saat menjadi pembicara Dialog Nasional bertema Kiprah 17 Tahun Obat Modern Asli Indonesia Fitofarmaka, Kamis (24/6/2021) secara virtual.

Ia menambahkan, sudah menjadi tugas Kemenkes untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan agar lebih yakin dan mencintai OMAI produksi dalam negeri.

"Pandemi ini jadi momentum meningkatkan konsumsi OMAI. Namun untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat itu butuh waktu, sehingga kami berpikir perlu regulasi yang sifatnya memaksa," katanya.

Menurut Arianti, saat ini instansinya tengah menyusun formularium khusus OMAI. Sehingga nantinya obat-obatan herbal buatan dalam negeri bisa masuk dalam daftar obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bisa diberikan kepada pasien peserta BPJS Kesehatan.

"Rencananya OMAI fitofarmaka yang sudah mendapat izin edar dari Badan POM akan masuk formularium, karena kan sudah pasti aman ya," jelasnya.

Sementara itu, Reri Indriani, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan POM mengungkapkan sejak COVID-19 mulai menyebar di Indonesia tahun lalu, permintaan OMAI fitofarmaka imunomodulator meningkat signifikan. Hal tersebut didorong oleh keinginan masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit.

Tingginya permintaan suplemen imunitas tubuh, tak pelak membuat banyak produsen obat-obatan herbal mengajukan berkas permohonan izin untuk mengedarkan obat buatannya.

"Ada peningkatan pengajuan berkas 35-40 persen untuk OMAI ini selama pandemi. Tugas Badan POM adalah mengawalnya mulai dari uji pra klinis, uji klinis dan memastikan semua proses produksinya memenuhi standar yang berlaku. Namun, kami kemudian membuat kebijakan relaksasi untuk mempercepat waktu perizinannya sehingga bisa cepat diproduksi dan dikonsumsi masyarakat," kata Reri.

1624601403-webinar-obat-herbal.jpgSumber: Para narasumber di Dialog Nasional bertema Kiprah 17 Tahun Obat Modern Asli Indonesia Fitofarmaka, Kamis (24/6/2021).

Stimuno, fitofarmaka imunomodulator pertama di Indonesia

Dari 26 OMAI fitofarmaka yang sudah mendapatkan izin edar dari Badan POM, Stimuno buatan PT Dexa Medica adalah salah satu diantaranya.

Stimuno bahkan menjadi salah satu dari lima fitofarmaka yang pertama kali mendapatkan izin edar dari Badan POM sejak 2004 atau 17 tahun yang lalu.

"Saya ingat betul Dexa mulai mengembangkan Stimuno dari tahun 1998. Waktu itu kami bekerja sama dengan salah satu peneliti dari Universitas Airlangga yang disertasinya membahas tentang pemanfaatan daun Meniran," kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Medica, Raymond Tjandrawinata.

Setelah merasa menemukan formula obat herbal yang tepat berbahan baku Meniran, pada tahun 2000 awal Dexa melakukan penelitian khasiat obat tersebut di 16 laboratorium yang tersebar di berbagai universitas di Indonesia.

"Lalu Badan POM melihat komitmen kami melakukan uji klinik Stimuno itu dan memberikan sertifikat fitofarmaka pertama kepada kami di 2004 bersama empat obat lainnya. Jadi sekarang tepat 17 tahun fitofarmaka diakui khasiatnya di Indonesia," kata Raymond.

Kini, Stimuno tidak hanya dipasarkan Dexa di dalam negeri namun juga ke beberapa negara. Dari hasil uji klinik yang dilakukan di beberapa negara, Stimuno aman digunakan untuk pencegahan masuknya virus.

Menurut Raymond, agar sitem kekebalan tetap berfungsi dengan baik, maka penting bagi tubuh untuk menerima asupan imunomodulator.

"Stimuno bekerja merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal. Dengan cara kerja ini, Stimuno sangat efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh bagi orang yang sedang sakit maupun mengantisipasi terjangkitnya wabah penyakit," ungkapnya.

Menurut Raymond, dalam beberapa kesempatan Pemerintah Indonesia telah mempercayai Stimuno sebagai penambah imun yang dapat mencegah tubuh terinfeksi virus COVID-19. Contohnya, saat melakukan evakuasi WNI Wuhan di Pulau Natuna.

Ketika itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto secara langsung mengunjungi WNI Wuhan dan menyerahkan Stimuno yang berguna untuk menjaga imunitas. 

Dexa Group juga telah berkontribusi membantu kesehatan imun tubuh para tenaga medis yang ada di Wisma Atlet, serta sejumlah Rumah Sakit rujukan COVID-19 lainnya baik di Jakarta maupun di daerah.

"Bahkan meskipun telah divaksin, masyarakat juga harus tetap mematuhi protokol kesehatan dan juga tetap menjaga imunitas, sehingga konsumsi Stimuno sebagai imunomodulator tetap dibutuhkan. Apalagi saat ini Covid-19 di Indonesia dalam kondisi yang tidak baik," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait