URnews

Kasus COVID-19 Naik Tiap Libur Panjang, Ahli Kesehatan Imbau Rayakan Imlek di Rumah

Kintan Lestari, Kamis, 11 Februari 2021 11.06 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kasus COVID-19 Naik Tiap Libur Panjang, Ahli Kesehatan Imbau Rayakan Imlek di Rumah
Image: Ilustrasi lampion saat Tahun Baru Imlek. (Pixabay/lleonartz)

Jakarta - Asik, besok libur panjang guys! Soalnya tanggal 12 Februari 2021 masyarakat keturunan Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek.

Yang bukan keturunan Tionghoa tentu saja bisa ikut merayakan libur panjang Imlek tahun ini. Biasanya, libur panjang dihabiskan untuk jalan-jalan. Namun, karena pandemi tengah melanda, kegiatan itu harusnya tidak dilakukan.

Sayangnya masih banyak orang yang bandel dan tetap pergi untuk berlibur. Maka dari itu, jumlah kasus COVID-19 pun naik setiap habis libur panjang. 

Dr. Ede Surya Darmawan, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), menjelaskan proses penularan terjadi melalui interaksi antar pribadi dalam lingkup interaksi sosial yang kemudian interaksi ini meluas. 

"Untuk meredam penularan, pilihannya adalah memutus hubungan orang agar tidak berkomunikasi dalam hal ketemu fisik sehingga tidak terjadi penularan," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Urbanasia.

"Namun, kemudian kita tergoda dengan mudik dan pulang kampung maka jumlah kasus meningkat. Kemudian di Agustus naik lagi sampai liburan natal dan tahun baru. Semuanya memiliki rumus yang sama, yaitu liburan -perjalanan/mobilitas - terjadi kerumunan. Inilah pola hal yang harus kita hafal," paparnya. 

Menurutnya bila libur Imlek masyarakat bisa menahan hasrat berliburnya, otomatis jumlah kasus akan menurun. 

"Mari menjadi masyarakat yang bijak dan cerdas belajar dari masa lalu, serta berani mengatakan untuk tetap di rumah saja dalam merayakan Imlek tahun ini. Agar tidak terjadi lonjakan dan peningkatan kasus dan supaya kita semua tidak direpotkan," tutur Ede. 

Sebagai pembanding dengan situasi saat ini, Dr. Ede memaparkan kejadian 100 tahun lalu, yaitu pandemi Flu Spanyol.

"Asalnya dari Eropa tetapi yang menderita seluruh dunia. Kejadian tersebut seharusnya dimasukkan ke dalam sejarah dunia, bahwa pernah terjadi pandemi yang begitu dahsyat yang kita tidak boleh ulangi. Kejadiannya dulu sampai 3 tahun dari Januari 1918 - Desember 1920.  Artinya kalau kita tidak disiplin menerapkan perilaku sehat dengan protokol kesehatan 3M, maka bukan tidak mungkin kita akan mengalami hal yang sama seperti pandemi Spanyol," tutupnya.

Dr. Ede menilai pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro ideal supaya gerak langkah virus tidak membesar. 

"Untuk implementasinya membutuhkan keseriusan. Lakukan penemuan kasus secepat-cepatnya. Bila memungkinkan, hari ini kontak besok sudah ditentukan statusnya. Perlu ada bantuan untuk orang-orang membutuhkan terutama bahan-bahan dasar seperti makanan. Maka mereka bisa stay at home, menyembuhkan diri sendiri, tidak menularkan kepada orang lain, dan harapannya jumlah kasus makin mengecil," jelasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait