URnews

Kata Pakar Biologi ITS soal Sebab Puluhan Paus Terdampar di Madura

Nivita Saldyni, Senin, 22 Februari 2021 14.28 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kata Pakar Biologi ITS soal Sebab Puluhan Paus Terdampar di Madura
Image: Puluhan paus terdampar di Madura, Kamis (18/2/2021). Sumber: Instagram @khofifah.ip

Surabaya - Terdamparnya 52 paus jenis short fin pilot whale di Pantai Modung, Bangkalan, Madura, pada Kamis (18/2/2021) siang hingga Jumat (19/2/2021) pagi masih menjadi teka-teki. Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr. Dewi Hidayati S.Si, M,Si, pun memberikan tanggapan dan jawaban berdasarkan referensi ilmiah terhadap faktor yang mempengaruhi fenomena langka satu ini.

Dewi menjelaskan, berdasarkan beberapa jurnal dan laporan media massa, dalam periode tertentu ikan paus bakal melakukan migrasi secara berkelompok. Umumnya, mereka yang bermigrasi melalui perairan Indonesia adalah jenis paus pilot atau short-finned pilot whale. Ia pun menduga mereka berasal dari perairan Australia.

Puncak migrasi paus biasanya terjadi pada Februari - Mei. Nah, pakar Biologi Kelautan satu ini mengatakan umumnya paus bakal melewati jalur yang sama saat migrasi. Kemampuan unik ini dimiliki paus karena keberadaan biomagnitit.

"Yang dimaksud biomagnitit adalah zat yang berada pada retina cetacea yang mempunyai fungsi sebagai indra magnetis yang membantu mereka mengetahui ke arah mana bergerak. Hal ini membuat paus peka terhadap perubahan medan magnet bumi,” jelas Dewi, dikutip dari situs resmi ITS, Senin (22/2/2021).

Ia pun menduga kejadian minggu lalu ini terjadi di daerah yang jalurnya berbelok. Penjelasan ini didapatkan Dewi dari artikel ilmiah berjudul 'In – depth Whale Navigation: Navigating the Long Way Home' karya Robin Marks. 

"Paus yang mengikuti ‘jalur’ magnet ini kemungkinan besar akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok. Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” ungkapnya.

Dewi memprediksi ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan navigasi paus ini. Mulai dari cuaca yang ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, kesehatan paus, bahkan aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan.

“Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” kata Dewi.

Ia pun menyimpulkan, sebenarnya banyak teori terkait anomali ini karena banyak kasus yang terjadi namun penyebabnya belum diketahui secara pasti.

Butuh Protokol Langkah Mitigasi untuk Tangani Kasus Paus Terdampar

1613978535-Peta-pergerakan-migrasi-paus-tiap-bulannya.jpegSumber: Peta pergerakan migrasi paus tiap bulannya dari journals.plos.org. Sumber: Humas ITS

Menanggapi puluhan paus terdampar di Selat Madura minggu lalu, Dewi berharap masyarakat lokal dan institusi terkait bisa membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus yang terdampar ke depannya. Apalagi hal ini tidak hanya sekali terjadi di Indonesia.

Keberadaan protokol ini penting agar respons yang tanggap yang tepat dari masyarakat bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya. 

“Besarnya tubuh paus lah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia,” jelasnya.

Ia pun menyarankan agar masyarakat lokal bisa memprediksi kapan dan di mana peristiwa paus biasanya terdampar.

“Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai, pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai juga sebagai media edukasi paus,” imbuhnya.

Perlu diketahui, kadar air dalam tubuh paus yang menurun drastis bisa membuat mereka mati. Untuk itu penting menjaga paus tetap dalam keadaan basah dengan menyiramnya dan membasahi tubuh dengan air laut saat mereka terdampar. Masyarakat juga bisa kembali melepaskannya ke laut jika memungkinkan.

Sementara untuk bangkai-bangkai paus yang ada, ia menyarankan untuk mengutamakan membuangnya ke laut. Sebab jika banyak bangkai yang membusuk, dapat dijadikan sebagai sumber makanan predator yang dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.

“Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini,” tutupnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait