URnews

Penyebab Puluhan Paus Terdampar di Pantai Madura Masih Diselidiki

Nivita Saldyni, Senin, 22 Februari 2021 11.37 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Penyebab Puluhan Paus Terdampar di Pantai Madura Masih Diselidiki
Image: Tim FKH UNAIR terjun ke lokasi paus terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Madura, Jumat (19/2/2021). (Dok. Humas Unair)

Surabaya - Urbanreaders masih ingat kejadian puluhan paus terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Madura. Kini, tim medik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) masih menyelidiki penyebab kejadian yang terjadi Jumat (19/2/2021) lalu itu.

Berdasarkan hasil otopsi tiga paus yang mati, tim tidak menemukan gangguan sonar pada paus yang terdampar itu. Mereka juga tidak menemukan adanya aktivitas vulkanik bawah laut.

“Dugaan awal masih belum bisa kami pastikan karena ketika kita lihat tidak ada gangguan sonar pada paus, dugaan aktivitas vulkanik bawah laut juga tidak. Jadi perlu kami dalami melalui pemeriksaan patologi,” kata Ketua Lapangan Tim FKH Unair, drh. Bilqisthi Ari Putra dikutip dari keterangan resminya, Senin (22/2/2021). 

Tim juga menaruh kecurigaan pada fenomena puting beliung yang terjadi di selat Madura beberapa waktu lalu. Namun dugaan faktor alam sebagai penyebab peristiwa terdamparnya puluhan paus ini masih didiskusikan dengan menunggu hasil lab.

Sebelumnya diketahui Unair telah menerjunkan tim ke lapangan saat kejadian berlangsung. Tim yang diketuai oleh Staf Patologi FKH, drh. Bilqisthi Ari Putra itu didampingi oleh drh. Happy Ferdiansyah selaku Peneliti Satwa Konservasi. Selain tim medik, sebanyak enam relawan mahasiswa FKH Unair ikut terjun ke lapangan untuk membantu.

Berdasarkan informasi yang didapat dari drh. Bilqisthi, total ada 52 paus jenis short fin pilot whale (paus pilot sirip pendek) yang terdampar di Pantai Modung, Jumat lalu. Ketika pertama kali ditemukan oleh nelayan, 49 paus telah mati dan tiga lainnya masih hidup.

Namun, dari tiga yang hidup ini, Bilqisthi menjelaskan dua diantaranya mati ketika berupaya diselamatkan. Sehingga hanya satu yang hidup dan berhasil dikembalikan ke laut.

Tim yang terjun ke lapangan dibagi menjadi dua, yaitu tim antemortem dan postmortem. Tim antemortem berfokus pada paus yang masih hidup dengan melakukan penyelamatan dan pemantauan kesehatan terhadap paus yang masih hidup. Sementara tim postmortem berfokus pada paus yang sudah mati dengan melakukan identifikasi jenis kelamin, ukuran, usia.

Sayangnya tak semua paus dapat diidentifikasi karena arus laut yang cukup kencang dan ketinggian air yang cukup tinggi saat itu. Oleh sebab itu hanya 34 dari 49 paus yang mati yang berhasil diidentifikasi oleh tim FKH. Tiga dari 34 paus yang dapat teridentifikasi tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan otopsi.

"Tiga paus yang diotopsi, dua diantaranya jantan dan satu lainnya adalah betina,” kata Bilqisthi. 

Otopsi dilakukan dengan mempertimbangkan ukuran tubuh dan kondisi paus. Mereka yang terpilih adalah yang paling besar dengan asumsi bahwa paus yang paling besar tersebut adalah ketua koloni dengan panjang lima setengah meter dan berjenis kelamin jantan. 

Sementara paus betina, Bilqisthi menjelaskan tim memilih yang berukuran paling besar dengan panjang tiga setengah meter. Paus yang dipilih juga dipastikan dalam kondisi tidak busuk, masih baik untuk dilakukan otopsi.

Otopsi berlangsung selama kurang lebih empat setengah jam. Otopsi dilakukan pada pukul 17.00-21.30 WIB dengan bantuan pengamanan dari polsek, koramil dan pengurus desa setempat. Selain melakukan otopsi di TKP, tim juga mengambil beberapa sampel untuk untuk pemeriksaan patologi di laboratorium FKH Unair untuk mengetahui penyebab pasti terdamparnya lima puluh dua paus tersebut.

Untuk Urbanreaders ketahui, paus short fin pilot whale hidup berkelompok. Bilqisthi menjelaskan kelompok paus ini bermigrasi dengan mengikuti ketua koloninya. Apabila ketua koloni mati, maka secara hirarki, akan digantikan secara otomatis oleh pejantan yang lebih tua dibawah ketua koloni yang telah mati. Namun jika ketua koloni sakit dan belum mati, maka kelompok paus akan tetap mengikuti ketua koloni tersebut. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait