Kenapa Wanita Sulit Meninggalkan Hubungan Abusive? Ini Penjelasannya

Jakarta – Saat mendengar sebuah kejadian kekerasan domestik dalam hubungan, pertanyaan yang sering dilontarkan adalah kenapa korban tidak segera meninggalkan pelaku? Pertanyaan ini muncul berdasarkan asumsi masyarakat bahwa saat mengalami kekerasan, meninggalkan lingkungan tersebut adalah hal paling utama dan paling mudah dilakukan.
Faktanya, wanita sebagai korban dari kekerasan sebenarnya ingin serta-merta keluar dari lingkaran setan ini. Mereka mengalami kerugian fisik, finansial, dan mental yang tidak dapat diperhitungkan. Namun, ternyata fenomena mengenai alasan wanita sulit keluar dari hubungan abusive ada penjelasan ilmiahnya.
Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh Femicide Sensus, berikut penjelasan lengkap yang melatarbelakangi kesulitan wanita untuk keluar dari hubungan abusive yang termuat dalam laman Women’s Aid. Femicide Sensus adalah organisasi yang didirikan oleh Karen Ingala Smith dan Clarissa O'Callaghan. Sejak tahun 2015, Femicide Sensus fokus mengkurasi informasi-informasi yang memuat kekerasan oleh laki-laki terhadap perempuan, terutama di Inggris.
1. Terisolasi dari Lingkungan Sosial
Pola kekerasan yang dilakukan oleh pelaku, tidak hanya melibatkan kekerasan fisik saja. Mereka akan menyiksa korban dengan membatasi interaksi perempuan dengan dunia luar.
Padahal, pentingnya komunikasi selain dengan pasangan adalah untuk saling tahu kabar sesama. Namun, saat kekerasan domestik terjadi, korban tidak dapat melakukan hal ini. Alih-alih mengadu kepada teman dan kerabat, korban akan dikontrol secara penuh oleh pelaku.
2. Malu dan Takut Tidak Dipercaya
Pelaku kekerasan domestik, walau tidak semua, biasanya justru orang-orang yang tidak disangka. Mereka berperilaku baik dan santun di hadapan orang lain.
Oleh sebab itu, sebagian korban yang mengalami KDRT tidak mengungkap fakta ini ke orang lain karena khawatir diragukan oleh orang lain. Tak jarang, korban malah disalahkan dan dianggap sebagai faktor atas kejadian yang menimpanya. Akibatnya, perempuan jadi semakin menutup diri dan menyimpan rapat-rapat kekerasan yang dialaminya.
3. Takut Nyawa Terancam
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Femicide Sensus pada 2020 lalu mengungkapkan, 37 dari 91 wanita terbunuh di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara pada tahun 2018 adalah para wanita yang justru berani untuk berpisah dari pasangan mereka yang melakukan kekerasan. 11 diantaranya terbunuh pada bulan pertama perpisahan, sementara 24 lainnya di tahun pertama.
Di sekitar kita pun, banyak terjadi kasus pembunuhan yang motifnya disebabkan pasangan yang tidak terima ditinggalkan. Ketakutan ini begitu terpupuk dalam pada benak para perempuan yang mengalami kekerasan domestik. Akibatnya, mereka memutuskan bertahan karena tidak siap dengan konsekuensi yang mungkin terjadi.
4. Manipulasi Konstan
Di dalam hubungan abusive, pelaku juga akan memberikan manipulasi kepada korban secara terus-menerus. Mereka merasa bebas untuk berbicara dengan kasar.
Pada akhirnya, korban merasa sama sekali tidak berharga lagi karena hal ini. Tak hanya itu, pelaku juga kerap kali menanamkan pemikiran bahwa korban tidak bisa hidup tanpa mereka, seola-olah mereka adalah penyelamat bagi korban yang tidak lagi punya value.
5. Low Confidence
Nah ini masih ada kaitannya dengan poin di atas, Urbanredaers. Akibat manipulasi pelaku yang dilakukan terus-terusan, akhirnya korban KDRT pun nggak punya rasa percaya diri yang cukup untuk keluar dari hubungan abusive. Pelaku juga membuat mereka punya ketergantungan tinggi akan pasangannya, biasanya secara ekonomi dan psikologis. Korban berpikir mereka nggak bisa mandiri dan selalu membutuhkan pasangannya untuk bertahan hidup.
Selain 5 poin di atas, Femicide juga menyertakan satu poin tambahan yang bisa jadi juga nggak kalah penting nih, Guys. Korban sering merasa dia nggak mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Apalagi masyarakat seringkali enggan membantu korban KDRT karena takut dianggap mencampuri urusan pribadi.
So, jika kamu tahu ada korban KDRT, jangan sungkan-sungkan tawarkan bantuan ya, Guys?