URedu

Keren! Dua Mahasiswa Vokasi Ini Menang Kompetisi Internasional

Shelly Lisdya, Selasa, 13 Juli 2021 20.01 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Keren! Dua Mahasiswa Vokasi Ini Menang Kompetisi Internasional
Image: Anton Hendra Kusuma saat dinobatkan sebagai Anak Program Keluarga Harapan (PKH) berprestasi tingkat nasional dalam ajang Appreciation Day 2019. Sumber: Istimewa

Jakarta - Keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang dua mahasiswa vokasi di Kota Malang, Jawa Timur untuk tetap berprestasi di kancah internasional.

Mereka adalah Anton Hendra Kusuma, mahasiswa D4 desain interior Vokasi Universitas Brawijaya (UB) dan Salamatul Hifdiyah, mahasiswa D4 jaringan telekomunikasi digital (JTD) Politeknik Negeri Malang (Polinema).

Anton yang merupakan anak dari tukang becak dari Desa Kromengan, Kabupaten Malang ini ternyata menyukai penelitian sejak ia duduk di bangku SMA loh, Urbanreaders.

Nah, sejak saat itu lah Anton mencoba untuk mengikuti ajang penelitian dan mewakili Indonesia ke Korea Selatan dalam kejuaraan Expo Science Asia pada tahun 2018 kemarin.

1626180890-WhatsApp-Image-2021-07-13-at-7.27.08-PM.jpegSumber: Anton Hendra Kusuma saat mengikuti ajang Expo Science Asia di Abu Dhabi. Sumber: Istimewa

Dalam ajang tersebut, ia membuat alat dari tumbuhan Putri Malu. Alat tersebut diciptakan untuk mendeteksi adanya peristiwa bencana alam Tornado. 

"Alat tersebut adalah Tornado Detector System. Saya mengikuti ajang tersebut ketika masih duduk di bangku SMA, kelas XII (3)," katanya kepada Urbanasia melalui sambungan telepon, Rabu (16/6/2021).

Karena mimpinya tercapai, ia pun kembali mengikuti ajang penelitian di Abu Dhabi pada tahun 2019, kala Anton masih menjadi mahasiswa baru (maba) di Vokasi UB. 

"Jadi, waktu aku mengikuti ajang itu masih benar-benar maba. Science di Abu Dhabi diikuti sekitar 2.150 peserta dari 68 negara," terangnya.

Ternyata kegigihan Anton membuahkan hasil guys, dia terpilih menjadi salah satu peserta dari 100 orang untuk dijadikan duta negara.

"Ketika aku masuk menjadi 100 peserta Science di Abu Dhabi itu, aku juga mendapatkan materi dari Nasa," ungkapnya.

1626180865-IMG-20210713-192346.jpgSumber: Salamatul Hifdiyah usai mengikuti lomba Internasional WYIE. Sumber: Istimewa

Sementara itu, Salamatul Hifdiyah juga banyak meraih penghargaan atas prestasi yang diperolehnya. Tercatat, sejak menempuh pendidikan di Polinema, ia telah menjuarai puluhan ajang, baik lomba antar kampus, nasional hingga internasional.

Pada 2020 lalu, Salma sapaan akrabnya sukses membawa nama harum bagi Indonesia. Ya, ia meraih gold medal dalam ajang World Young Inventors Exhibition (WYIE) yang diselenggarakan oleh International Invention, Innovation & Technology Exhibition (ITEX), Malaysia, secara online di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia. Namun, Salma kala itu dibantu oleh rekannya dalam kompetensi tersebut. 

Inovasi pertanian yang bertajuk Everestea ‘Fresh Banana Peel and Banana Blossom Tea with the High Flavonoid as A Prevention Cancer Effort Using the Implementation of Freeze Drying’ tersebut mengambil inovasi teh herbal pertama yang menggabungkan kulit dan jantung pisang.

Menariknya lagi, inovasi ini kemudian langsung diproses dalam pengajuan paten, jadi komersial produk ini pun dapat berkembang dengan cepat.

“Kan banyak limbah kulit pisang dari penjual gorengan dan pabrik olahan pisang yang terbuang sia-sia. Padahal, kulit pisang kaya akan senyawa fenolik yang berisi nutrisi lengkap unsur yang dapat mencegah kanker," katanya kepada Urbanasia.

"Sedangkan jantung pisang juga mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai radikal anti-bebas, anti-kanker, dan mengandung iodine untuk mencegah gondok,” lanjutnya.

Anak seorang petani asal Pasuruan, Jawa Timur ini pun tak mau menyia-nyiakan kecerdasannya, usai lulus dari Polinema, Salma berencana akan melanjutkan studinya di Timur Tengah atau bekerja di Malaysia.

"Keinginan untuk melanjutkan studi pasti ada. Tapi aku juga ingin bekerja, karena alhamdulillah ada rekan yang sudah menawarkan kerja di laboratorium kimia di Malaysia, tinggal dilihat nanti ke depan aku ingin yang mana," pungkas gadis yang hobi mengisi podcast ini.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait