URsport

Kerusuhan Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, 127 Orang Tewas

William Ciputra, Minggu, 2 Oktober 2022 06.19 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kerusuhan Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, 127 Orang Tewas
Image: Tangkap layar para suporter melempari kendaraan pemain dengan batu di luar Stadion Kanjuruhan Malang. (Repro)

Jakarta - Kerusuhan suporter bola terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Akibatnya sebanyak 127 orang dilaporkan tewas. 

Tragedi berdarah ini terjadi seusai pertandingan antara klub Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berakhir dengan skor 2-3 dan menjadi kekalahan Arema atas Persebaya pertama sejak 23 tahun terakhir.

Jumlah korban tewas tersebut dikonfirmasi langsung oleh Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta. Menurutnya, sebanyak 2 orang korban tewas merupakan anggota Polri. 

“Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri,” kata Nico kepada wartawan, Sabtu. 

Nico merinci, sebanyak 34 orang meninggal dunia di dalam Stadion Kanjuruhan. Sementara sisanya meninggal saat dalam pertolongan ke rumah sakit terdekat. 

Selain 127 orang yang meninggal, lanjut Nico, saat ini juga ada 180 orang yang masih menjalani perawatan medis. 

“Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan,” jelas Nico.

Kerusakan juga terjadi pascabentrok ini. Sebanyak 13 unit kendaraan mengalami rusak parah, dengan 10 di antaranya adalah kendaraan polri. 

Kronologi Kejadian

Pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya sebenarnya berjalan lancar. Kerusuhan pecah setelah pertandingan usai. 

Para suporter yang tidak terima Arema kalah langsung turun ke lapangan untuk mengejar pemain dan ofisial. Dari awalnya beberapa orang saja yang turun, hingga kemudian ribuan suporter lainnya menyusul. 

“Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan,” imbuh Nico. 

Nico melanjutkan, petugas keamanan pun segera melakukan pencegahan. Namun, jumlah penonton turun ke lapangan yang terus bertambah, sehingga petugas pun memutuskan untuk menembakkan gas air mata. 

Adapun penembakan gas air mata ini, kata Nico, dilakukan untuk mencegah semakin banyak suporter yang turun serta untuk melindungi pemain dan ofisial yang menjadi sasaran amuk massa.

“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” pungkasnya. 

Terkait hal ini, Bupati Malang M Sanusi sudah angkat bicara. Ia menegaskan bakal menanggung seluruh biaya pengobatan para suporter yang saat ini sedang menjalani perawatan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait