URnews

Kesaksian Penonton Selamat dari Tragedi Kanjuruhan: Saling Tindih di Pintu Keluar

Nivita Saldyni, Senin, 3 Oktober 2022 20.29 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kesaksian Penonton Selamat dari Tragedi Kanjuruhan: Saling Tindih di Pintu Keluar
Image: Kondisi Stadion Kanjuruhan pada Minggu (2/10/2022). (Dok. Antara)

Malang - Banyak penonton pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam ajang Liga 1 2022-2023 yang selamat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai buka suara. Salah satunya, Rohman yang membagikan ceritanya di Twitter. 

Dilansir dari akun Twitternya, @BhaitulR, Rohman merupakan salah satu dari puluhan ribu penonton yang pada Sabtu (1/10/2022) memadati Stadion Kanjuruhan untuk menyaksikan pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya. Ia menonton bersama tiga orang lainnya. 

Ia mengaku, sebetulnya, pertandingan berjalan dengan lancar tanpa ada kericuhan. Hanya saja memang selama 90 menit pertandingan berjalan, ada psywar yang ditujukan Aremania (pendukung klub Arema FC) kepada tim Persebaya. 

"Setelah pertandingan selesai, hasil dari pertandingan Arema kalah atas Persebaya dengan skor 2-3. Para pemain Persebaya dan ofisial masuk terlebih dahulu ke dalam ruang ganti setelah peluit panjang, sedangkan pemain dan ofisial tim Arema masih berada di lapangan dengan niat mau meminta maaf kepada seluruh Aremania yang hadir di stadion. Naah...mungkin awalnya bermula dari sini," ujar Rohman, dikutip Urbanasia pada Senin (3/10/2022). 

Berdasarkan pengakuan Rohman, saat itu tiba-tiba sejumlah Aremania turun ke lapangan. Ia menduga aksi itu dilakukan untuk melampiaskan kekecewaan karena tim kebanggaan tidak memberikan hasil yang diinginkan para pendukung.

"Di sini saya melihat dari tribun 3, dari kejauhan tidak ada tindakan kekerasan kepada pemain Arema. Sepertinya mereka (Aremania) hanya berteriak, mungkin meluapkan rasa kecewa karena hasil pertandingan," jelasnya. 

Tak lama kemudian, ia melihat pemain dan ofisial Arema FC masuk dengan bantuan pengamanan dari pihak kepolisian. Sementara itu Aremania yang turun masih berada di lapangan, namun menurut kesaksian Rohman saat itu mereka hanya berteriak untuk melampiaskan kekecewaan kepada pemain dan ofisial Arema FC. 

"Tidak lama, mereka berhamburan dan saya pikir ada anjing polisi yang dilepas untuk membubarkan masa, tapi ternyata tidak, malah beberapa tindakan kekerasan kepada mereka (Aremania). Tidak lama disusul suara tembakan di arah selatan dan terlihat dari jauh kepulan asap, ternyata itu gas air mata. Setelah itu ada suara tembakan gas air mata lagi dan mengarah ke tribun 6, ke arah tribun bukan ke arah kerumunan yang ada di lapangan. Sedangkan di tribun ini tidak ada kericuhan sama sekali," bebernya panjang lebar.

Alhasil, ia dan tiga temannya memutuskan keluar dari stadion. Namun saat itu, Rohman dan teman-temannya mau keluar pun sudah kesusahan karena penonton lain juga berebut keluar lewat pintu yang harusnya hanya bisa dilewati dua sampai empat orang. 

"Di tribun masih banyak penonton yang belum keluar karena terjadi penumpukan di pintu keluar, mereka memilih menahan diri dulu agar tidak terjadi penumpukan yang lebih parah," kata Rohman. 

"Setelah saya berhasil keluar, kami mampir dulu ke toko teman yang ada di sebelah pintu 3. Tidak berselang lama, di pintu 3 sudah ricuh," kenangnya mengingat kejadian malam itu. 

Di pintu 3, Rohman mengaku melihat banyak penonton yang sudah jatuh pingsan dan saling tindih. Mereka saling berdesakan ingin keluar karena panik ada tembakan gas air mata di tribun 3. Melihat kondisi itu, Rohman dan Aremania lainnya berusaha memindahkan korban ke tempat aman. 

"Di sini saya bersama Aremania yang lain berusaha menolong yang pingsan dan saling tindih tapi sedikit kesusahan karena kondisi yang didalam panik dan saling dorong ingin keluar. Sedangkan pintu keluar terhalang oleh yang pingsan dan saling tindih tadi. Tapi saya dan para Aremania yang lain masih berusaha membantu dan menolong korban yang pingsan untuk dibawa ke tempat yang sedikit aman. Di posisi yang kesusahan mengevakuasi para korban, mata dan nafas perih karena tembakan gas air mata dari dalam dan luar stadion," aku Rohman. 

Kendati menemui kendala, Rohman dan Aremania lainnya tak putus asa menolong korban. Beberapa korban yang pingsan akhirnya berhasil dievakuasi ke tempat yang sedikit aman. 

Namun ternyata kondisi tak terkendali itu bukan hanya terjadi di pintu 3. Saat Rohman hendak kembali dan mendatangi tiga temannya usai membantu para korban, ia melihat kericuhan lain di area parkir. 

"Saya di area stadion sampai jam 1 atau setengah 2. Mungkin ini sedikit cerita inti," tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait